SEJARAH JURNALISME INVESTIGASI

Makalah Jurnalisme Investigasi
SEJARAH JURNALISME INVESTIGASI DI INDONESIA
DISUSUN OLEH:
Junaidi
Fadhliana
Suci Feridha
Uswatun Hasanah
Venny Yunita

Jurusan   : Komunikasi Penyiaran Islam


                                                   


iain warFAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2016-2017
JURNALISME INVESTIGASI

Produser Eksekutif : Ognatius Haryanto
Produser : hanif Suranto dan Najib Abu Yasser
Sutradara : Andhy Panca Kurniawan
Asisten Sutradara : Ahmad Yunus
Vidiografer : Nurkayat
Editor : Hendry ‘Tivo’
Grafis : Mikail Farras
Tata Suara dan Cahaya : Fandhi Bagus Alwianto
Keuangan : Magdalena dan Fatiya Yahya

Terimakasih :
Atmakusuma Astraatmadja
Bondan Winarno
Aristides Katoppo
Dadi Sumaatmadja
Majalah Tempo
Sinar Harapan
Metro Tv
AJI Jakarta
LBH Pers
Panitia Muchtar Lubis Award

Teriamkasih :
KEMITRAAN
Excecutive Director : Wicaksono Saaroso
 Operations Director : Budi Santoso
 Cheif of Cluster of Democratic Governance : Utama Sandjaja
 Program Manager Democratic Governance : Setio Soemeri
 Project Manager SIAP 2 : Natalia Hera Setiyawati
Narator :  Pasca kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, seluruh masyarakat Indonesia terkena inforia memepertahankan kemerdekaan, tak terkecuali media dan pers di Indonesia.

Sejarah dan Perkembangan di Indonesia.
Narator :Mantan deraktur dan pelaksanaan Harian Indonesia Raya, Atmakusuma Astraatmadja menjadi saksi bagaimana media-media yang berdiri di Republik ini bersikap kritis baik terhadap kekuatan asing yang mengancam kemerdekaan maupun terhadap jalannya pemerintahan yang baru berusia muda.
Atmakusuma Astraatmadja (Mantan Wartawan Indonesia Raya) :
Seingat saya lebih banyak media pers pada masa orde lama dulu pada tahun-tahun awal kemerdekaan mulai tahun 1945 sampai hampir kurang lebih pertengahan tahun 1950-an, melakukan Investigatif Reporting.
Narator :  Karya-karya pers indonesia kala itu, baik berupa laporan investigasi maupun laporan mendalam atau Indept Reporting, tak jarang berbuat tekanan dari penguasa.
Atmakusuma Astraatmadja :
Jadi, pada masa orde lama dulu, Indonesia Raya dibredel lima kali. Biasanya hanya beberapa hari atau beberapa minggu, tapi yang terakhir bulan Oktober tahun 1958 boleh dikatakan pembredelan terkahir pada masa orde lama. Kemudian setelah pembredelan yang ke lima kali itu yaitu pada tahun 1958, Muchtar Lubis sudah dalam tahanan. Kadang-kadang dia mengalami tahanan kota, tahanan rumah, atau tahanan di dalam penjara baik di Jakarta atau juga pernah dipenjarakan di Madiun. Nah, tapi ternyata nasib Indonesia Raya sama sulitnya baik pada masa pemerintahan orde baru maupun pada masa pemerintahan orde lama. Sebetulnya kami tidak mempunyai alasan yang jelas kenapa harian Indonesia Raya bersama-sama sepuluh surat kabar harian dan mingguan lainnya di Indonesia dan satu majalah berita di bredel setelah terjadi apa yang disebut Malapetaka 15 januari 1974 atau “Malari”, yaitu demonstrasi mahasiswa yang berlangsung berhari-hari.
Editor :      Pada masa orde lama membredel lebih dari 100 media, diantaranya:
a.    Harian Umum Indonesia raya                f. Soeara Moeda
b.    Harisn Merdeka                                     g. Soeara rakjat
c.    Harian Berita Indonesia                         h. Patriot
d.    Harian Waspada-Medan                         i. Soeara Iboekota
e.    Panji Masyarakat                                    j. Bintang Timur

Editor :      Liputan Investigasi pada Masa Orde Lama (1950-1965).
Harian Indonesia Raya adalah koran pertama yang melakukan peliputan investigasi.
Salah satu karya investigasi yang terkenal adalah mengenai kasus korupsi di Pertamina antara tahun 1969-1972.
Narator : Salah satu yang menonjol dalam investigasi yang dilakukan oleh Harian Indonesia Raya adalah kasusu korupsi Pertamina pada tahun 1969, yang melibatkan direktur Pertamina Ibnu Sutowo. Korupsi itu hampir membuat bangkrut pertamina. Sementara di sisi yang lain, rekening pribadi Ibnu Sutowo mencapai Rp90 Miliyar.

Editor :      Liputan Investigasi pada Masa dan Pasca-Orde Baru (1997-Kini).
Harian Sinar Harapan melakukan investigasi soal korupsi dana-dana non budgeter dan APBN pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Akibat laporannya Harian Sinar Harapan dibredel tahun 1986.


Editor :   Gambaran tentang kerasnya perlakuan penguasa terhadap pers yang melakukan peliputan investigasi juga dituturkan oleh mantan wartawan Harian Sinar Harapan, Aristides Katoppo.
Aristides Katoppo ( Pemimpin Redaksi Sinar Harapan) :
Sebenarnya dari awal tahun 61 yang pertama kali terbit dan kemudian dibredel tahun 1986, pada tahun 2001 kita terbit lagi. Masalahnya kalau sekarang lumayan disomasi secara hukum. Dulu kita diculik oleh Intel, pernah saya di kantor dijemput, katanya dari...dan ternyata saya diculik.
Sebenarnya, yang paling sensitif waktu itu justru yang disebut yang non budgeter, karena waktu kita memberitakan ini adalah yang masuk anggaran. Mestinya semua pemasukan terekam disitu. Jadi, pada suatu ketika saya mewawancari Hatta mengatakan “ kalau dari setiap 4 dollar, 1 dari 2 dollar itu tidak masuk budget Negara, tapi itu diperuntukan untuk cendana dan waktu itu militer mendanai kekuasaan Golkar dan sebagainya”. Nah, itu tidak ada di budget Negara baiaya operasi Golkar atau operasi Militer.
EditorBondan Winarno, membongkar skenario penipuan Michahel de Guzman pada kasus tambang emas palsu Bre-X di Busang, Kalimantan Timur.
Pada tahun 1997 hasil investigasi itu diterbitkan dalam bentuk buku : Bre-X, Sebungkah Emas di Kaki Pelangi.
Narator : Bondan Winarno mantan wartawan senior yang pernah bekerja sebagai jurnalis di majalah Soa dan penulis kolom dibeberapa media bercerita mengenai upayanya tentang melakukan peliputan investigasi saat membongkar skandal tambang emas palsu di Busang, Kalimantan Timur. Uniknya, ketika melakukan peliputan investigasi ini, Bondan sudah tidak lagi menjadi wartawan tapi pengusaha.

Bondan Winarno (Jurnalis) :
Dulunya karena ada satu isu yang menurut saya sangat tidak masuk akal tapi dipercaya orang yaitu, ketika ada berita si Michael de Guzman loncat dari helikopter, terjun yang artinya bunuh diri. Menurut saya itu sangat tidak masuk akal karena satu, saya sangat menduga Michael de Guzman itu sudah menikmati banyak atau sudah kaya dari kasus Bre-X. “masa sudah kaya gitu hanya lompat”, tutur Bondan.
Nah, kemudian saya kembangkan dan pada hari ketiga ada berita bahwa mayatnya ditemukan dan ada fotonya. Saya pikir ini bukan foto mayat yang jatuh dari 800 kaki dan tidak mungkin seperti ini dan pasti sudah hancur. Dari situ, saya langsung berpikir, ini sudah pasti kematian yang dipalsukan. Pada waktu itu, kemarahan saya ada dua yang pertama, bangsa Indonesia dipermalukan tapi tidak merasa malu, karena kita dibohongin oleh geologis itu. Kita masyarakat indonesia diam saja, bahkan beberapa pejabat kita ikut-ikut dan disangka benar-benar adanya emas dan goblok sekali. Kedua, yang menyidihkan ratusan ribu guru di Kanada yang dana pensiunnya hilang, lenyap karena dipakai untuk membeli sahan Bre-X. Saya pilu, karena ini masalah kmanusiaan dan harus membongkar supaya tidak lagi kejadian seperti ini. Indonesia diperalat untuk kriminal internasional ini.
Narator :   Karya Bondan yang dibukukan dengan judul Sebungkah Emas di Kaki Pelangi itu, membuat detail bagaimana investigasi itu ia lakukan.
Bondan Winarno :
semua kliping surat kabar dan majalah karena harus mengetahui masalahnya, terus selebihnya harus saya lakukan dengan cara cepat. Selebihnya saya langsung pergi ke Busang dua kali, dan saya sudah disitu tapi tidak bisa ketemu. Saya mengetahui orangnya ada disitu tapi tidak bisa ketemu. Saya mengamati suasana, dan itu saya pergi ke kuburannya Michael de Guzman. Lalu, kalu ini baru tujuh hari dikubir tapi tidak diziarahi, berarti bahwa jenzah itu memang bukan jenazah Michael de Guzman. Dan kemudian ada telpon masuk dan mengatakan bahwa Michael de Guzman menggunakan gigi palsu diatas. Dan kemudian saya beritahukan kepada National Biro Of Investigatin (FBI) di Philifina. Kemudian di cek ke keluarga dan dituntut sampai sekarang minta gigi palsunya. Setelah buku itu terbit, sya akan dituntu oleh Ide Bagus Sugiana, mantan Menteri Pertambangan. Sebetulnya tuntunannya kepada saya adalah mencmarkan nama baik.

Editor :   Liputan Investigasi pada Masa dan pasca-Orde Baru (1997 – Kini).
Dwi-mingguan Tajuk pada 1996 memposisikan dirinya sebagai Majalah Berita, Investigasi dan Entertaiment.
Majalah Editor menetapkan rubrik Investigasi pada 1992 sebagai salah satu andalan repoertasenya.
Panji Masyarakat menyebut dirinya sebagai majalah investigasi. Salah satu karya mereka yang terkenal adalah dimuatnya isi rekaman pembicaraan telepon antara Jaksa Agung Andi M. Ghalib dengan Presiden B.J. Habibie.
Majalah Tempo menyediakan rubrik Investigasi sejak terbit kembali (6 oktoober 1998). Laporan pertama tentang perempuan keturunan Tionghoa yang menjadi korban perkosaan pada kerusuhan Mei 1998. Sejak saat itu secara konsisten Tempo memproduksi laporan investigasi seperti skandal pajak Asian Agri (2007).
Narator : Di zaman orde baru, wajah keras pemerintah memang kerap dimunculkan kepada pers yang mencoba kritis terhadap jalannya pemertintahan. Departemen penerangan adalah momok yang menakutkan itu, ambil saja contohnya sejak tahun 1983 hinnga 1994 saja tercatat 13 media yang ditutup oleh departemen yang dikomandani Harmoko yang tak lain juga bekas wartawan zaman orde lama, diantaranya:
1.    Kompas                                     7. Prioritas
2.    Merdeka                                    8. Monitor
3.    Sinar Harapan                            9. Tabloid Detik
4.    Pelita                                        10. Majalah Editor
5.    The Indonesia Times                11. Dll.
6.    Majalah Mingguan Tempo

Subrata ( Mantan Dirjen Departemen penerangan) :
Bahwa langkah penertiban ini terpaksa diambil dalam rangka pembinaan dan pengembangan pers nasional yang sehat, bebas dan bertanggung jawab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan demi kepentingan terbinanya stabilitas nasional di Negara Republik Indonesia ini.
Harmoko (Mantan menteri Penerangan) :
Saya sendiri yang mengkaji, tapi begitu rapat program dan lapor ke pmentri program Bapak Susilo yang sudah meninggal dan mengatakan ditutup aja karena memang peraturan begitu. Sekarang tidak ada lagi peraturan yang begitu.
Narator : Diakhir 19-an hingga diawal tahun 2000, hadir nama Dadi Sumaatmadja yang tercatat sebagai jurnalis tangguh yang bergelut dengan dunia peliputan teleksandi. Sebelum dikenal sebagai penulis buku Menelisik Lorong Gelap. Sosok pekerja keras yang satu ini adalah mantan jurnalis editor dan orang yang membangun desk khusus investigasi di majalah Mingguan Tajuk. Saat bekerja di majalah editor Dadi Sumaatmadja pernah membongkar kasus Kapal Judi Royal Fesifik yang berlabuh di Tanjung Priuk.
Dadi Sumaatmadja ( Manager News Gathering ) :
Akhirnya kita putuskan masuk dan mengangkat ini menjadi sebuah topik investigasi. Kenapa ini menarik?. Karena menurut kita ini pasti melibatkan orang-orang besar. Karena di zaman Soeharto dulu semuanya serba refresif. Artinya, kalau misalnya jarum jatuh pun,di era itu disisi aparatnya, dan memutuskan untuk masuk ke sana.
Dan persoalan ketika itu, kita tidak mengerti cara main judi yang namanya Black Jade, Bakarat, terus yang namanya Rolet. Akhirnya, kita panggil pejudi, mengajak ngobrol dan masuk sebuah kapal judi yang namanya Royak Fasisik dan sebagainya. Akhirnya mengajari kita, dan mulai diajarain Black Jade, Bakarat, Rolet itu seperti apa mainnya dan sebagainya.
Narator :   Dadi yang sejak awal tahun 2000-an bergabung dengan telivisi berita Metro TV, juga di daulat untuk menggagah sebuah tayangan investigasi dilayar kaca yang diberi nama Metro Realitas.
Dadi Sumaatmadja :
Ini menarik, jadi karena ini memang asing. Ketika itu kita msuk kesini dan benar-benar asing, karena brodcast tentang incestigasi jugabelum ada. Sementara Metro TV tiba-tiba mengeluarkan investigasi di brodcast. Persoalannya apakah benar seperti itu, awalnya kita lakukan itu. Tetapi belakangan setelah kita menggeluti dan ternyata salah dan akhirnya kita lepas dari sisi itu, kita benar-benar murni investigasi brodcast.
Narator : Kondisi telah berubah, kini media telah memperoleh kebebasannya.  Namun, bukan berarti peliputan investigasi serta merta meramaikan media-media kita.
Atmakusuma Astraatmadja:
Oleh karena itu saya melihat sekarang, sangat sedikit media pers cetak yang melakukan Investigatif Reporting, hanya ada beberapa, hanya ada satu dua. Persyaratan yang berat baik dari segi biaya maupun dari segi tenaga kerja.
Bondan Winarno:
Banyak hal kecil yang bisa diinvestigasikan menjadi peristiwa yang menarik seperti, makanan bakso yang sudah terpopuler yang ternyata kandungan gulanya banyak banget, dan apakah baik untuk kesehatan kita?,  tidak bagus ternyata. Misalnya gula dengan rekomendidit lawesnya sekian, ternyata kalu kamu makan tiga biji bakso begini sudah melewati jatah kamu sehari gulanya.
Aristides Katoppo :
Tentu kita syukuri bahwa sekarang ada kebebasan, bahkan diatas kertas juga dijamin di dalam UU. Tetapi, sekarang mungkin dari pihak penguasa secara kasar tidak begitu parah lagi.
Dadi Sumaatmadja :
Kuncinya hanya satu, ketika mereka peduli kepada publik, ketika mereka tergunggah dengan kepentingan masyarakat, pada saat itulah mereka melakukan itu.


BAB I
PENDAHULUAN

Secara umum, investigasi bisa diartikan sebagai upaya pencarian dan pengumpulan data, informasi dan temuan lainnya untuk mengetahui kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah fakta. Melakukan kegiatan investigatif sebenarnya jauh dari sekedar mengumpulkan ribuan data atau temuan di lapangan, kemudian menyusun berbagai informasi yang berakhir dengan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan kejadian. Jadi secara garis besar, jurnalisme investigatif adalah sebuah metode peliputan untuk mengetahui kebenaran suatu kasus atau peristiwa.
Jurnalisme investigasi merupakan salah satu bagian penting dalam dunia keilmuan jurnalistik. Jurnalisme investigasi tidak hanya sekedar meliput, mencatat jawaban 5W+1H kemudian merekamnya dan membuatnya menjadi berita. Wartawan yang menggeluti dunia investigasi harus bisa mencari data dan fakta yang lebih mendalam yang berhubungan dengan kasus yang sedang digelutinya. Mulai dari data dan fakta yang tampak di hadapan publik hingga data dan fakta yang belum terungkap di depan publik.
Pasca kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, seluruh masyarakat Indonesia terkena inforia memepertahankan kemerdekaan, tak terkecuali media dan pers di Indonesia. Mantan deraktur dan pelaksanaan Harian Indonesia Raya, Atmakusuma Astraatmadja menjadi saksi bagaimana media-media yang berdiri di Republik ini bersikap kritis baik terhadap kekuatan asing yang mengancam kemerdekaan maupun terhadap jalannya pemerintahan yang baru berusia muda.
Menurut Atmakusuma Astraatmadja lebih banyak media pers pada masa orde lama dulu pada tahun-tahun awal kemerdekaan mulai tahun 1945 sampai hampir kurang lebih pertengahan tahun 1950-an yang melakukan Investigatif Reporting. Karya-karya pers indonesia kala itu, baik berupa laporan investigasi maupun laporan mendalam atau Indept Reporting, tak jarang berbuat tekanan dari penguas.


BAB II
PEMBAHASAN
A.   Analisa Sejarah Jurnalisme Investigasi di Indonesia
Bisa dikatakan pada awal kemunculannya, jurnalisme investigasi memakai bentuk perlawanan terhadap kebijakan penguasa. Baru pada awal abad 20 jurnalisme investigasi menegaskan wujudnya di dalam liputan-liputan yang terorganisir ketika melaporkan berbagai pelanggaran yang terjadi.
Pasca kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, seluruh masyarakat Indonesia terkena inforia mempertahankan kemerdekaan, tak terkecuali media dan pers di Indonesia. wartawan Indonesia mengambil alih percetakan-percetakan asing dan mulai menerbitkan surat kabarnya sendiri.   
Harian Indonesia Raya (1949-1958 dan 1968-1974) bisa dikatakan tipikal awal penerbitan pers yang mengarahkan liputannya ke dalam bentuk investigasi. Pada periode pertama penerbitan (1949-1958), harian ini memiliki visi investigatif untuk melawan kekuasaan yang dianggap bertanggung jawab atas semua keburukan yang terdapat dalam masyarakat. Sedangkan pada periode kedua (1968-1974) harian ini menyoroti kasus-kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan dalam perspektif peristiwa kemasyarakatan.
Liputan Investigasi pada Masa Orde Lama (1950-1965)
Salah satu karya investigasi yang terkenal adalah mengenai kasus korupsi di Pertamina antara tahun 1969-1972 yang melibatkan direktur pertamina Ibnu Sutowo. Korupsi itu hampir membuat bangkrut pertamina, sementara di sisi yang lain, harian Indonesia Raya memberitakan rekening pribadi Ibnu Sutowo mencapai Rp 90,48 M. Mohtar Lubis lewat harian Indonesia Raya berusaha menguliti dan membongkar kasus korupsi di pertamina yang dilakukan Ibnu Sutowo. Di eranya, Ibnu Sutowo yang menjabat sebagai Dirut pertamina seperti orang kebal hukum. Meski diberitakan habis-habisan, Ibnu tidak pernah diperiksa atas sederet kasus korupsi bahkan hingga menyeret kebangkrutan pertamina.

Harian Indonesia Raya keras menulis tentang dugaan korupsi yang dilakukan Direktur Utama Ibnu Sutowo. Bahkan koran yang dipimpin Mochtar Lubis itu malah berharap dituntut Ibnu Sutowo ke pengadilan. Dengan begitu Indonesia Raya bisa membeberkan bukti-bukti yang mereka punya. Mochtar Lubis juga pernah menemui Jaksa Agung Ali Said. Dia membawa data-data korupsi Pertamina dua kopor penuh. Tapi tidak pernah ditindaklanjuti.
Presiden Soeharto turun tangan dan akhirnya memecat Ibnu Sutowo. Tapi Soeharto tak pernah menyeret Ibnu Sutowo ke pengadilan hingga akhir hayatnya. Muchtar Lubis seorang penerbit dan pemimpin redaksi Harian Indonesia Raya sudah dalam tahanan. Kadang-kadang Muchtar Lubis mengalami tahanan kota, tahanan rumah, atau tahanan di dalam penjara baik di Jakarta atau juga pernah dipenjarakan di Madiun. Pada masa orde lama lebih dari 10 media dibredel, diantaranya:
f.     Harian Umum Indonesia raya, adalah koran pertama yang melakukan peliputan investifgasi yang terbit pertama kali pada tahun 1949.
g.    Harian Merdeka, sebuah surat kabar yang terbit di Semarang, Jawa Tengah pada 11      febuari 1950 oleh H. Hetami.
h.    Harian Berita Indonesia, adalah surat kabar berbahasa mandarin pertama kali di Indonesia yang terbit pada 12 september 1966.
i.      Harian Waspada-Medan, didirikan oleh M.Said dan Ani Idrus pada 11 januari 1947.
j.      Panji Masyarakat, adalah majalah berorientasi Islam yang didirikan oleh KH Faqih Usman dkk pada 15 juni 1959.
k.    Soeara Moeda, majalah bahasa Indonesia-Belanda yang terbit pada febuari 1941.
l.      Soeara Rakjat
m.  Patriot, yaitu media komunikasi tentara nasional Indonesia yang dibuat untuk mempublikasikan kegiatan tentara.
n.    Soeara Iboekota
o.    Bintang timur, adalah koran bernahasa Melayu yang terbit di Surabaya pada 1862.
   Liputan Investigasi pada Masa dan Pasca-Orde Baru (1997-Kini)
Pers pada masa orde baru dimulai ketika pemerintahan Presiden Soeharto. Dari sistem demokrasi terpimpin pemerintahan Soekarno, Presiden Soeharto membawa Indonesia kepada sistem demokrasi pancasila. Pers Indonesia disebut sebagai pers pancasila, yaitu pers yang orientasi, sikap, dan tingkah lakunya didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Harian Sinar Harapan melakukan investigasi soal korupsi dana-dana non Budgeter dan APBN pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Akibat laporannya ini Harian Sinar Harapan dibredel pada tahun 1986.
Harian Sinar Harapan terbit pada awal tahun 1961 dan di bredel pada tahun 1986. Tahun 2001 harian sinar harapan terbit lagi. Aristides Katoppo mantan wartawan harian sinar harapan juga pernah diculik.
Pada masa ini, Bondan Winarno seorang mantan wartawan senior yang pernah bekerja sebagai jurnalis di majalah Soa dan penulis kolom dibeberapa media melakukan investigasi dengan membongkar skenario penipuan Michael de Guzman pada kasus tambang emas palsu Bre-X di Busang, Kalimantan Timur. Guzman adalah penipu yang memberi kesan bahwa perusahaannya menambang banyak emas dan sukses membuat para investor mengguyur perusahaannya dengan dana segar. Pada tahun 1997 hasil investigasi itu diterbitkan dalam bentuk buku: “Bre-X, Sebongkah Emas di Kaki Pelangi”.
Karya Bondan yang dibukukan dengan judul “Sebongkah Emas di Kaki Pelangi” itu, membuat detail bagaimana investigasi itu ia lakukan. Rute investigasi yang dilakukan adalah menyelidiki dari Jakarta ke Busang, Filiphina, kanada. Setelah buku itu terbit, Bondan dituntut oleh mantan menteri pertambangan atas pencemaran nama baik.
Di zaman orde baru, wajah keras pemerintah memang kerap dimunculkan kepada pers yang mencoba kritis terhadap jalannya pemerintahan. sejak tahun 1983-1994 saja tercatat 13 media yang ditutup oleh departemen yang dikomandani Harmoko.
 Diakhir 90-an hingga diawal tahun 2000 hadir nama Dadi Sumaatmadja yang tercatat sebagai jurnalis tangguh yang bergelut dengan dunia peliputan teleksandi. Sebelum dikenal sebagai penulis buku “Menelisik Lorong Gelap”, ia adalah mantan jurnalis editor dan orang yang membangun desk khusus investigasi di majalah Mingguan Tajuk. Saat bekerja di majalah editor Dadi Sumaatmadja pernah membongkar kasus Kapal Judi Royal Pasific yang berlabuh di Tanjung Priuk. Dadi tidak hanya membekali diri dengan pengetahuan tentang tatacara perjudian, tetapi juga menulis kolom pekerjaan di paspornya menjadi enterpreuner.
Sesuai dengan perkembangan zaman, kini media telah memperoleh kebebasannya dan dijamin oleh UU tentang media. Namun, bukan berarti liputan investigasi serta merta meramaikan media di Indonesia. Menurut Atmakusuma Astraatmadja, sangat sedikit media cetak di Indonesia yang melakukan Investigatif Reporting, hanya ada beberapa media yang melakukannya. Karena persyaratan yang berat baik dari segi biaya maupun dari segi tenaga kerja.
Dapat disimpulkan dari analisa di atas, bahwa sejarah Jurnalisme Investigasi Indonesia dari orde lama ke orde baru memiliki bnayak rintangan dalam melakukan pemberitaan. Apalagi pada masa itu media tidak mempunyai kebebasan dalam memberitakan suatu peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan pemerintah. Pada saat melakukan investigasi secara mendalam dan wartawan mencoba menyampaikan informasi kepada masyarakat. Banyak yang menjadi masalah atau tantangan yang harus dihadapi ketika ingin menyampaikan didepan masyarakat luas. Banyak media yang dibredel oleh pemerintah baik pada masa orde lama maupun orde baru. Pada masa itu, segala aktivitas dan pemberitaan yang dilakukan oleh pers harus melalui sensor. Bahkan setiap pers harus memperoleh SIT atau Surat Izin Terbit dari pemerintah.
Di dalam film dokumenter ini media yang pertama kali berdiri di indonesia adalah media “ Harian Indonesa Raya”. Disamping itu, hingga sekarang hanya beberapa media di Indonesia yang melakukan Investigasi, Karena persyaratan yang berat baik dari segi biaya maupun dari segi tenaga kerja.


DAFTAR PUSTAKA


Dhandy Dwi Laksono, Jurnalisme Investigasi: trik dan pengalaman para wartawan Indonesia membuat liputan investigasi di media cetak, radio, dan televisi, Bandung: Kaifa, 2010.
http/ Public/Documents/Sejarah Pers Di Indonesia ~ LPM Mercusuar UNAIR.htm
http/Users/Public/Documents/Wellcome To Arziqi's Blog  Jurnalisme Investigasi Di Indonesia.htm.













Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ada Kopi Ada Rezeki

Lirik Lagu Gayo Unung-Unung - Ervan Ceh Kul