SEJARAH BERSETERUNYA DUA KERAJAAN ISLAM DI ACEH DAN TAKTIK PORTUGIS
BERSETERUNYA
DUA KERAJAAN ISLAM DI ACEH dan TAKTIK PORTUGIS
Oleh
Junaidi[1]
NIM: 30183827
Abstrak
Tulisan ini
berangkat dari berseterunya dua kerajaan besar di Aceh, Nusantara ini. Pengaruh
politik dan taktik dari pedagang asing, yaitu portugis membuat kerajaan di
bagian barat Sumatera marah, bahkan islam diwilayah sekitarnya . Portugis
membuat kedekatan dengan kerajaan Samudera Pasai hingga kerajaan Aceh bangkit
dan memerangi Samudera Pasai. Kerajaan Aceh telak menang melawan Samudera
Pasai. Dari perseteruan ini, Samudera Pasai tunduk di bawah kerajaan Islam Aceh
pada abad ke-16. Kerajaan Aceh pun besar menjadi Aceh Darussalam. Perjalanan roda
kerajaan diperkirakan selama 5 abad lebih dan berakhir pada Sultan Muhammad
Daud Syah tahun 1939 M.
Kata kunci: Kerajaan Aceh, Kerajaan Samudera
Pasai, Islam, Nusantara.
A.
Pendahuluan
Tersebarnya Islam diluar jazirah Arab diperkirakan
pada abad pertama hijriah, pada tujuh Masehi[2]
sebelum menjelang wafatnya Baginda Nabi besar Muhammad saw. Tanpa disadari,
para sahabat nabi pun menjelajahi lautan luas yang dianggap akan tembus menuju
suatu daratan atau pulau, dengan perahu layar
mereka. Lamanya dalam perjalanan, hingga dilihat disuatu pulau dan
ternyata itu merupakan China.
Dari beberapa catatan intelektual sejarawan,
hadirnya umat muslim ditanah Cina dibawa langsung oleh rombongan utusan sahabat
Nabi Muhammad saw, pada masa ke khalifahan Ustman bin Affan. Disebutkan,
rombongan ini di nakhodai oleh Said bin Abi Waqqash yang merupakan seorang
muaallaf dan menjadi sahabat rasulullah saw. Kehadiran mereka disambut baik
oleh kerajaan Ming yang baik hati, meskipun ia bukan orang islam, akan tetapi
rombongan islam sendiri dijamu dengan baik, dan terjadinya penyebaran islam
pertama di China.
Rombongan Abi Waqqash adalah kali pertama rombongan
islam dan juga tersebarnya islam disana, baru kemudian kali kedua Usman bin Affan
juga menyusul untuk menguatkan tali silaturrahim kesana hingga islam di Cina
menyebar baik. Beberapa tahun kemudian dirasa islam sudah diterima dengan
lapang dada, rombongan ini sebagian besar kembali melanjutkan Islam keberbagai pulau
terutama di Asia Tenggara, secara khusus di Nusantara ini.
Kesempatan ini, muslim yang telah masuk islam
tadinya dai Cina juga ikut berperan aktif menyebarluaskan islam dipulau lainnya
khususnya islam di Nusantara ini. Julukan Nusantara menjadi Pintu Gerbang utama
masuknya Islam pertama diwilayah Asia Tenggara, yaitu di Indonesia.[3]
Menjadi pertanyaan kembali di Indonesia pada bagian mana islam pertama kali
menginjakkan kakinya, maka jawabannya adalah pada bagian barat Sumatera
tepatnya di Perlak, Aceh. Tempat inilah yang kemudian tempat yang dirasa sangat
menarik dan strategis untuk melakukan suatu perdagangan dengan masyarakat
disana, yaitu penduduk melayu Tua[4]
yang kemudian islampun mulai merambah dan menerjang kemana-mana pada bagian wilayah timur dan utara Aceh.
Aceh[5]
dikenal dengan islam terbesar di Nusantara ini. Kentalnya islam dalam kerajaan,
menjadikan Aceh mendapat julukan islam terbesar di Asia Tenggara karena
kemegahan budaya islam, ekonomi, politik dan lain sebagainya yang membuat apa
ada dimiliki oleh kerajaan cukup istimewa. Kemegahan ini lahir pada abad ke-13
M, pada masa kerajaan Islam Samudera-Pasai, serta Kerajaan Aceh Darusslam[6]
hingga beberapa abad kedepannya. Disisi lain, kedua kerajaan ini pada abad 16
mengalami peperangan besar yang telak dimenangkan oleh kerajaan Aceh, lantaran
karena suatu pengaruh dari pedagang asing Portugis.
Tampaknya pengaruh Portugis yang kian membesar,
hingga membuat kerajaan Islam Aceh marah besar, dan memerangi kerajaan Samudera
Pasai. Dikatakan, peperangan ini karena hanya masalah taktik dan politik
ekonomi. Jika Portugis yang melakukan taktik politik ekonomi yang curang,
kenapa harus kerajaan Samudera pasai yang juga ikut terlibat menjadi tawanan
perang kerajaan Aceh? Dan Samudera pasaipun tunduk dibawah kerajaan Aceh?
Dengan demikian, fokus pertanyaan dan pembahasan
selanjutnya adalah sejak kapan masuknya Islam di Aceh? Kemudian kenapa
terjadinya peperangan antara kerajaan Islam Aceh dengan Kerajaan Islam Samudera
Pasai? Bagaimanakah hubungan keduanya sebelum dan setelah terjadinya
pertempuran? Disisi yang lain, apakah faktor dari melejatnya kerajaan Aceh
Darussalam merupakan cikal bakal diberinya nama Provinsi Aceh?
B.
Islam
di Aceh
Pertumbuhan Islam di Aceh berawal
sejak pertengahan abad pertama hijriah di pantai barat Sumatera pada bagian
timur di Perlak . Nusantara ini
merupakan sebagai pintu gerbang utama awal masuknya Islam. Proses
penyebaran Islam menuju Nusantara telah mulai merambah sebelum menjelang
wafatnya Baginda Nabi Besar Muhammad Saw, pada abad 1 H atau 7 M[7]
dimana pada waktu itu pengembangan Islam sudah di luar jazirah Arab yaitu di
Tiongkok, Cina oleh Said bin Abi Waqash pada masa Khalifah Usman bin Affan dan
berlanjut ke pesisir barat Sumatera pada bagian timur, yang dikenal Aceh.
Dalam beberapa catatan sejarawan,
di tempat ini (Perlak dan sekitarnya) merupakan tempat yang sangat strategis
untuk berniaga hingga kemudian dijadikan suatu tempat untuk berteduh. Masa itu,
terjadinya perdagangan dan perniagaan disana dengan masyarakat pesisir melayu
tua yang masih memeluk agama Hindu faktor dan pengaruh kerajaan Majapahit
diwilayah Perlak. Sehingga Islam pertama hadir diwilayah ini tidak yang selama
ini dituliskan dalam kurikulum pelajaran sejarah disekolah-sekolah yang
mengatakan islam pertama di Nusantara adalah Pasai, sehingga menjadi perdebatan dikalangan sejarawan dan juga
akademisi. Sebagian pendapat islam pertama di Nusantara adalah di wilayah
Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Dikatakan demikian sesuai dengan dalil rombomgan pedagang Muslim telah masuk kedaerah
ini sejak abad awal Hijriah atau abad ke-7 M (625-642 M), namun belum memiliki
bukti arus utama sejarah.[8]
Atas dasar informasi itu, pada tanggal 24-25
Maret 2017 lalu, Presiden RI Joko Widodo hadir ke Barus meresmikan tugu Titik
Nol Islam Nusantara itu sebagai Islam pertama di Nusantara ini. Kedatangannya
juga sekaligus menghadiri undangan Silaturahmi Nasional (Silantas) Jam’iyah
Batak Muslim Indonesia (JBMI). Informasi ini dituliskan langsung pada web
sekretariat Kabinet Republik Indonesia (setkab.go.id) dengan kategori berita.[9]
Islam di Samudera
Pasai dan Barus menjadi perbincangan hangat dalam beberapa waktu, pasalnya dipetik
dari media Kompas.com, terdapat catatan dan juga berita bahwa sudah pernah
terjadi dan dibahasnya mengenai Islam pertama di Sumatera dalam seminar
nasional. Tercatat pada tahun 1962, kemudian 23 Maret 2017 sempat dilakukan
seminar Nasional untuk membahas “Sejarah Masuknya Islam di Indonesia”.[10]
Terkait dengan hal
itu juga menjadi hal yang sangat penting bagi intlektual akademisi Aceh
mengadakan seminar nasional yang membahas titik Nol Nusantara, pada hari Senin,
15 Mei 2017 di Aula Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Tiga orang Narasumber
hadir memaparkan makalahnya dan juga untuk mempertegas teori awal masuknya
Islam ke Nusantara.[11]
Adapun para narasumber tersebut ialah Prof. Dr. Azyumardi Azra MA, CBE sebagai
mantan rekto UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh,
Prof Dr Farid Wajdi MA dan juga sejarawan Aceh, Dr Husaini Ibrahim MA.
C.
Pertempuran
Kerajaan Aceh dan Samudera Pasai
Kerajaan
Samudera Pasai yang diperkirakan berdiri jauh sebelum pada abad ke 13 M dengan Sultan pertamanya adalah Sultan Malik al-Saleh.
Pada tahun 1292 M atau pada abad ke-13, kemajuan yang dialami cukup berkembang
dan luar biasa hingga sukses serta berjaya sampai abad ke-16, baik ekonomi,
budaya Islam, politik, dan juga lainnya.[12] Terjandinya kemajuan yang pesat hal ini lantaran karena adanya hubungan yang kuat yang
terjadi antara samudera Pasai dengan Dinasti Abbasyiah.[13]
Namun
hal tersebut tidak berlangsung lama, hingga kemudian setelah kerajaan
selanjutnya dipangku oleh kesultanan Zainuddin pada tahun 1520 M, terjadilah
pertempuran dengan kerajaan Islam Aceh yang dipangku langsung oleh Sultan Ali
Mughayatsyah. Dari pertempuran ini membuat Kerajaan Samudera Pasai yang
dipangku Kesultanan Zainuddin harus tunduk dibawah kerajaan Aceh dengan
mematahkan sayap kerajaan Samudera Pasai.
Pertempuran
ini belum secara jelas dan pasti apakah
kedua kerajaan ini melakukan peperangan secara besar-besaran hingga Samudera
Pasai kalah telak dan mengalah kepada kerajaan Aceh karena batas wilayah atau
lainnya yang direbut oleh Samudera Pasai atau karena hal lainnya. Akan tetapi
ada dua kemungkinan yang dapat dipastikan mengapa keduanya terjadi pertempuran.
Pertama Kerajaan Aceh dengan kekuatan besarnya memerangi Samudera Pasai karena
memperluas wilayah kerajaan setelah kerajaan Pedir dan Daya[14] jatuh dibawah kendali kerajaan Aceh. Kedua karena Samudera Pasai menjalin
hubungan taktik dagang dengan Portugis, dan akhirnya Portugis melakukan
pengkhianatan kepada Samudera Pasai sehingga hal ini diketahui kerajaan Aceh
dikarenakan Portugis ingin menguasai wilayah Sumatera karena memiliki hasil
alam yang sangat melimpah[15]
ruah dan Kerajaan
Aceh pun memerangi Portugis hingga dimenangkan oleh kerajaan Aceh. Pendapat ini
dikarenakan dari sejak pertempuran yang dilakukan di Samudera Pasai, kerajaan
Aceh pun terus memerangi Portugis dari abad 16 M hingga awal abad 19 M.hingga
kerajaan inipun sangat ditakuti oleh kerajaan Portugis dan Belanda.[16]
D.
Hubungan Kerajaan Aceh Darussalam dan Samudera Pasai
Kerajaan Perlak memang
menjadi catatan sejarah dalam dunia islam di Nusantara. Keberadaannya membawa
islam maju diwilayah bagian tersebut hingga menyebarluas dan melahirkan cikal
bakal islam lainnya di Aceh. Dari beberapa catatan yang di dapati, bahwa kemajuan
islam di Perlak tidak begitu besar dan berpengaruh, akan tetapi dari sinilah
cikal bakal majunya islam yang sebenarnya diantara dua kerajaan yang terbesar
dengan kejayaan peradaban kebudayaan islamnya yaitu Kerajaan Samudera Pasai dan
Kerajaan Islam Aceh Darussalam.
Kedua Kerajaan Islam ini sangat
kental dengan kemajuan kebudayaan Islam yang dimiliki, meskipun berjalan dimasing-masing
abad, terlebih dari abad 13 hingga abad 16 oleh Kerajaan Samudera Pasai dan dan
pada abad 16 hingga-19 kerajaan Aceh Darussalam. Meskipun keduanya berjaya
besar dimasa itu, akan tetapi kedua kerajaan ini sempat bertempur dan berseteru
lantaran hanya karena taktik politik seperti halnya pembahasan diatas. Setelah
terjadinya peperangan dan dimenangkan oleh kerajaan Aceh Darussalam, hubungan
keduanya pun amat indah dan menambah kekuatan islam yang luas, karena Samudera
Pasai tunduk dibawah Kerajaan Aceh Darussalam.
E.
Cikal
Bakal Provinsi Aceh Darussalam
Kerajaan
Aceh Darussalam mulanya masih kerajaan kecil
dengan sebutan kerajaan Aceh yang dipimpin langsung oleh Ibrahimsyah (nama
setelah memeluk agama islam). Sebelum datangnya Islam, kerajaan ini pernah tunduk
dibawah kerajaan Pedir. Seiring berkembangnya zaman, kerajaan ini berubah menjadi kerajaan besar dan menantang kerajaan-kerajaan lain terutama Kerajaan
Pedir.
Kerajaan Aceh hadir
dengan kekuatan yang besar dan membuat kerajaan Aceh kuat sejak dari abad
16 (1520 M) dan bahkan julukan
Darussalam berawal dari abad ini dengan sultan pertama kerajaan Aceh adalah Sultan Johansyah sekaligus deretan pertama pemimpin kerajaan Aceh Darussalam.
Disebutkan
dalam buku Aceh Bumi Iskandar Muda karangan Ridwan Azward dan dkk, bahwa Sultan
Johansyah berasal dari arah Barat yang kemudian membawa Islam ke Kandang Aceh,
yang saat ini dikenal dengan Gampung Pande, Kecamatan Kutaraja, Kota Banda
Aceh.[17]
Ia menikahi seorang bidadari disana,
kemungkinan besar, Kandang Aceh sebelumnya adalah Melayu Muda yang beragama
Hindu atau nonmuslim.
Pendapat
lain pemuda tersebut (Sultan Johansyah atau Meurah Johan) merupakan anak dari
kerajaan yang berada di Pedalaman tengah Aceh (Gayo) atau dikenal dengan
kerajaan islam Lingga, yaitu Adi Genali. Dikutip dari pemberitaan Serambi
Indonesia pada Jum’at, 10 November 2017 dengan judul berita Saat Sultanah
Hendak Pulang ke Aceh, Ia tak Tahu Harus Bermalam Dimana Lagi, dituliskan bahwa
kerajaan besar Aceh Darussalam didirikan oleh Johansyah.
“Kesultanan Aceh Darussalam
adalah kesultanan yang besar. Pada era yang lain, kesultanan Aceh Pernah Menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar di
dunia. Salah seorang sultan termashur dan melegenda adalah Sultan Iskandar
Muda. Dalam buku ‘Silsilah Raja Islam di Aceh dan hubungannya dengan raja-raja
Islam Nusantara’ karangan Pocut Haslinda Sya€hrul disebutkan, Kesultanan Aceh
Darussalam didirikan oleh turunan Linge/Isaq, Gayo, Johansyah atau Merah Johan.
Dialah Sultan pertama Kerajaan Aceh Darussalam dengan Gelar Sultan Alaidin Johansyah, pada
601-633H/1203-1235 M.[18]
Sehingga
barangkali itu yang dimaksud dengan lelaki yang berasal
dari arah barat. Namun disisi
lain, dalam buku ‘Aceh Bumi Iskandar Muda’ tersebutkan dituliskan bahwa Sultan Alaidin Johansyah merupakan Sultan ke-24 setelah
Sultan Alaidin Ahmad Syah pada tahun 1735-1760.[19] Tapi
kemudian dari fakta sejarah ini, perlu kembali untuk dikaji dan diperdalam
sejarah awal pendiri Kesultanan Kerajaan Aceh Darussalam dengan mendalam,
sehinga dapat menjadi sejarah yang valid dan sejarah yang sebenarnya, tidak adanya
kekeliruan dan simpang siur sejarah dari yang sebenarnya. Artinya, dari
beberapa buku yang didapati banyak penulisan sejarah yang terserong dari
kebenarannya, dan tentunya bisa jadi dibalik simpang siur tersebut adanya
politik yang dapat membuat perseteruan, tapi mudah-mudahan tidak akan terjadi.
Menurut
hemat penulis, fenomena nama seseorang pada masa dahulu antara nama diwaktu
kecil dan menjadi menjadi orang besar memang menjadi hal yang lumrah dan
menjadi budaya, mungkin karena budaya bangsa Arab dan budaya bangsa lainnya,
sehingga nama seseorang itu harus diganti.
Kerajaan
Aceh Darussalam muncul setelah semuanya kerajaan Islam diserambi Aceh ini
tunduk dibawah kerajaan Aceh dan mendapat julukan kerajaan Aceh Darussalam pada
Abad ke 16 tepatnya tahun 1512. Fase masa kejayaan kerajaan Aceh ini karena
telah menundukkan dan menyatukan seluruh kerajaan Islam di Aceh oleh Sultan
Johan Syah dan kemudian didunia juga menjadi terkenal dengan nama Aceh. Kerajaan
Aceh Darussalam ini hanya bertahan sekitar 5 Abad lebih yaitu sejak Ali
Mughayat Syah (Johansyah) 1512 hingga kesultanan Alaidin Muhammad Daud Syah
tahun 1939 M, karena menyerahkan diri kepada Belanda pada tahun 1903,[20]
dan meninggal dunia pada 6 Februari tahun 1939 di Batavia.[21]
Kerajan Aceh Darussalam terdiri dari 25 Sultan dan 5 Sultanah yang memimpin
kerajaan Aceh Darussalam.
Dengan
demikian, Provinsi Aceh sendiri juga dikira diambil atas dasar fakta sejarah
ini karena penyatuan kerajaan Islam diseluruh wilayah sehingga kekuasaan yang
sangat luas dan kepemimpinan yang tangguh membuat nama kerajaan Aceh tersebar
luas dimana-mana khususnya pada masa dinasti Turki Ustmani. Timbulnya nama Aceh
berawal dari salah satu kerajaan kecil sebelumnya yang bernama
kerajaan Aceh. Kerajaan
Aceh ini akhirnya besar dan karena kecerdasan strategi perang dan politik
kerajaan hingga nama Aceh mencuat dan mendunia. Faktanya adalah Aceh Darussalam
dijadikan sebagai nama provinsi di Indonesia.
KESIMPULAN
Petikan
yang dapat diambil dari makalah ini adalah bahwa Kerajaan samudera Pasai dan kerajaan Aceh Darussalam merupakan kerajaan yang amat
besar pengaruhnya dalam menyebarkan agama islamd dan mengembangkan budaya islam
di tanah serambi Mekah ini. Kehadirannya dapat membendung menjadi sebuah
kesatuan yang baik dalam menjunjung tinggi agama islam, hingga menjadikan
semuanya mampu menjadi jalan untuk menuju peradaban.
Meskipun
kedua kerajaan ini bertempur secara jantan, namun keduanya mampu mengambil
jalan tengah dalam membangun agama islam ditengah porak porandanya taktik Portugis
dan Belanda. Kekuatan kerajaan ini hadir dan membuat penjajah juga menjadi
takut akan kekuatan mereka hingga awal abad 19. Setelah itu, kerajaan Aceh
Darussalam pun luluh lantah karena panasnya pergerakan politik yang tidak
terarah hadir ditengah kerajaan Aceh Darussalam atas kerjaan penjajah Belanda
dan nasionalisme Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
BUKU
Muhammad
Said, Aceh Sepanjang Abad, Medan:
Waspada Medan, 1981
Amirul
Hadi, ACEH, Sejarah, Budaya dan Tradisi,
Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2010.
R.
Michael Feener, Patrick Daly dan Anthony, Memetakan
Masa Lalu Aceh, (Jakarta: terjemahan Pustaka Larasan, 2011), judul asli Mapping the Acehnese Past, Leiden :KITLV
Press, 2011.
Baiquni
Hasbi, Relasi Kerajaan Aceh
Darussalam dan Kerajaan Ustmani, Banda Aceh: LSAMA, 2014
Ridwan Azward, dkk, Aceh
Bumi Iskandar Muda, Banda Aceh: Pemprov Nanggroe Aceh Darussalam, 2008.
Yusra
Habib Abdul Gani, Aceh Tersungkur ; Sautu Analisis dan Critique Sejarah,
1901-1950, Banda Aceh: Bandar Publishing, 2018.
INTERNET
Kompas.com.
Serambinews.com.
[1] Mahasiswa
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda
Aceh 2018
[2] Muhammad Said,
Aceh Sepanjang Abad, (Medan: Waspada Medan, 1981) hal. 52
[3] Nama Indonesia
saat itu belum ada. Nama Indonesia baru lahir pada abad akhir abad ke 19. Baca
buku Yusra Habib Abdul Gani, Aceh Tersungkur.
[4]
Dalam tulisan buku Muhammad Said menuliskan, bahwa golongan suku melayu tua
adalah golongan keturunan Gayo-Alas yang sebagian mencari penghidupan
dipedalaman hutan dan dikenal dengan dataran tinggi Gayo-Alas. Sebelum masuknya
Islam disana, penduduk yang pertama menduduki Aceh ini terus berkembang biak,
dan tempat disana dirasa kumuh serta tidak memadai, hingga akhirnya sebagian
kecil lainnya mencari penghidupan baru menyusuri sungai Peusangan, Jambo Aye
dan sungai lainnya hingga menuju pedalaman hutan. Setelah islam masuk, sebagian
sudah diwilayah pedalaman dan hidup lama disana, hingga akhirnya Islam masuk
kesana pada abad ke-2, tahun 173 H/780 M.
[5] Menurut hemat
penulis, saat itu nama Aceh belum ada sama sekali. Karena nama Aceh timbul pada
abad16 M.
[6]Sebelum
Kerajaan Pasai megah dan dikenal oleh Negara bagian lainnya, sebenarnya
kemajuan-kemajuan telah terjadi pada kerajaan-kerajaan lainnya seperti kerajaan
Perlak, Kerajaan Islam Linge/Lingga dan lainnya. Akan tetapi, kemajuan Islam lainnya tidak
berkembang pesat layaknya Samudera pasai, akan tetapi kemajuan yang dialami
kerajaan hanya sebatas Samudera, Aceh saja tidak sampai menuju daerah lainnya.
[7] Muhammad Said,
Aceh Sepanjang Abad, (Medan: Waspada
Medan, 1981)hal. 52
[8] Kompas.com,
[9]Resmikan Tugu Titik
Nol Islam Nusantara, Presiden Jokowi Akan Menginap di Pesantren. Setkab.go.id,
diambil pada 24 Oktober 2018.
[10]Soal Barus Titik
Nol Islam Nusantara, IniPenjelasanSejarawan, Hidayatullah.com, Rabu, 24 Oktober
2018. Intelektual sejarawan, Dr Tiar Anwar Bachtiar berkomentar
bahwa seminar tersebut dilakukan pada masa Abuya Hamka. Dia menyebutkan
fakta-fakta Barus sebagai Islam pertama di Nusantara masih belum bisa
dipastikan karena kurang atau minimnya sumber yang orisinil, disamping karena
masih berbeda tafsiran dan berbeda pandangan. Sumber dikatakan Barus sebagai
islam pertama di Sumatera dikutip dari catatan Pelancong China yang bertemu
dengan komunitas Arab yang berniaga seperti rempah-rempah kamper atau kapur
barus. Sehingga catatan Plancong China itu diyakini masyarakat setempat bahwa
Baruslah sebagai titik awal masuknya Islam di Nusantara.
[11]Barus Bukan Titik
Nol Islam Nusantara, Serambinews.com, Rabu, 24 Oktober 2018. Meskipun ketiganya berbeda pandangan islam
pertama di Aceh, namun mereka bertiga sepakat bahwa Islam Nusantara ialah di
Perlak, Aceh. Mereka juga mengklaim bahwa tugu yang diresmikan Presiden itu
tidak memiliki bukti yang kuat hingga menentukan Barus sebagai titik nol Islam
Nusantara. Mereka juga mengatakan perlu mengetahui siapa pembisik terkait hal
ini ketelinga Jokowi.
Dari
argumetasi diatas, pengetahuan penulis dapat disimpulkan bahwa, Aceh adalah tempat Islam pertama sekali hadir
di Nusantara yaitu di Perlak. Islam kemudian terus meluas dengan secara permanen menyeluruh kepada
masyarakat melayu tua yang mendiami wilayah itu yang sebelumnya memeluk agama
hindu. Sedangkan melayu muda hadir pada gelombang kedua dan menetap
di Aceh Besar.
[12] Amirul Hadi, ACEH, Sejarah, Budaya dan Tradisi
(Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2010) hal. 15.
[13] R. Michael
Feener, Patrick Daly dan Anthony, Memetakan
Masa Lalu Aceh, (Jakarta: terjemahan Pustaka Larasan, 2011), judul asli Mapping the Acehnese Past, (Leiden
:KITLV Press, 2011) hal. 4-5.
[14] Pedir dan Daya
adalah kerajaan yang masih memeluk agama hindu. Karena masa ini hanya kerajaan
Acehlah yang masih memeluk Agama Islam di wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar.
[15] Baiquni Hasbi, Relasi Kerajaan Aceh Darussalam dan Kerajaan Ustmani,
(Banda Aceh: LSAMA, 2014), hal. 11.
[16] Baiquni Hasbi,
Relasi Kerajaan Aceh Darussalam dan
Kerajaan Ustmani,hal.12
[17]Ridwan Azward, dkk, Aceh Bumi
Iskandar Muda, (Banda Aceh: Pemprov Nanggroe Aceh Darussalam, 2008) hal, 7
[18] Serambinews.com, diambil pada 30 Oktober 2018.
[19]Ridwan Azward, dkk, Aceh Bumi Iskandar Muda,...hal. 31
[20] Yusra Habib
Abdul Gani, Aceh Tersungkur ; Suatu Analisis dan Critique Sejarah,
1901-1950, (Banda Aceh: Bandar Publishing, 2018), hal. 10
[21] Yusra Habib, Aceh
Tersungkur,…hal.14
Comments
Post a Comment