ADZAB KUBUR APAKAH BERLANGSUNG TERUS-MENERUS SAMPAI HARI KIAMAT?
ADZAB KUBUR APAKAH BERLANGSUNG TERUS-MENERUS
SAMPAI HARI KIAMAT?
Oleh : Abu Abdil Muhsin Firanda*
Oleh : Abu Abdil Muhsin Firanda*
Adzab kubur yang dirasakan penghuni kubur ada
dua macam,
yaitu adzab kubur yang terus-menerus sampai
hari kiamat dan adzab kubur yang bersifat sementara.
- Di antara dalil yang menunjukkan adanya
adzab kubur secara terus-menerus sampai hari kiamat adalah firman Allah Ta’ala
فَوَقاهُ
اللَّهُ سَيِّئاتِ مَا مَكَرُوا وَحاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذابِ (45) النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْها غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذابِ (46)
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu
daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh adzab yang amat buruk.
Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya
kiamat, (dikatakan kepada malaikat), ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam
azab yang sangat keras.’” (QS. Al-Mu’min [40]: 45-46).
Fakhruddin Ar-Razi Asy-Syafi’i rahimahullah
dalam kitab tafsirnya berkata
وَأَيْضًا لَا يَمْتَنِعُ أَنْ يَكُونَ ذِكْرُ الْغُدْوَةِ وَالْعَشِيَّةِ كِنَايَةً عَنِ الدَّوَامِ كَقَوْلِهِ وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيها بُكْرَةً وَعَشِيًّا [مَرْيَمَ: 62]
“Demikian juga, disebutkannya (kata) “pagi
dan petang” tidaklah menghalangi (bahwa yang dimaksud adalah) ungkapan atas
(adzab kubur yang berlangsung) terus-menerus
sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَلَهُمْ
رِزْقُهُمْ فِيها بُكْرَةً وَعَشِيًّا
"Bagi mereka rizkinya di surga itu
tiap-tiap pagi dan petang.’ (QS. Maryam [19]: 62)” (Mafaatihul Ghaib, 27/522).
Adapun dalil dari As-Sunnah adalah hadits
yang diriwayatkan dari Samrah bin Jundab tentang mimpi Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam sebuah hadits yang panjang.
di dalamnya diceritakan
أَمَّا
الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ، فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالكَذْبَةِ، فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الآفَاقَ، فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ، فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ القُرْآنَ، فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ، يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
“ … Adapun orang yang kamu lihat mulutnya
ditusuk dengan besi adalah orang yang suka berdusta dan bila berkata selalu
berbohong, maka dia dibawa hingga sampai ke ufuq lalu dia diperlakukan seperti
itu hingga hari kiamat.
Adapun orang yang kamu lihat kepalanya
dipecahkan adalah seorang yang telah diajarkan Al Qur’an oleh Allah lalu dia
tidur pada suatu malam namun tidak melaksanakan Al Qur’an pada siang harinya,
lalu dia diperlakukan seperti itu hingga hari kiamat … “ (HR. Bukhari no.
1297).
Juga berdasarkan hadits yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah, Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي فِي حُلَّةٍ، تُعْجِبُهُ نَفْسُهُ، مُرَجِّلٌ جُمَّتَهُ، إِذْ خَسَفَ اللَّهُ بِهِ، فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
“Ketika seorang lelaki berjalan dengan
menggunakan jubahnya, dan berjalan dengan rasa sombong dengan rambutnya yang
disisir, lalu ia ditelan (oleh bumi), dan ia akan tetap berguncang-guncang (di
dalam perut bumi) hingga dat…
[17:42, 24/12/2018] +62 852-6051-8700:
PEMBAGIAN TAUHID MENJADI TIGA adalah TRINITAS?
Merupakan perkara yang konyol dan lucu adalah
perkataan sebagian ASWAJA atau sebagian Jahmiyah bahwasanya pembagian tauhid
menjadi tiga, (1) Tauhid Ar-Rububiyah, (2) Tauhid Al-'Uluhiyah/al-'Ubudiyah, dan
(3) Tauhid al-Asmaa' wa as-Sifaat, adalah sama dengan aqidah TRINITAS kaum
Nasrani yang meyakini Allah terdiri dari 3 oknum.
Yang lebih lucu lagi mereka masih terus
menganggap bahwa pernyataan mereka ini adalah hujjah yang sangat kuat untuk
membantah salafiyin, padahal ini adalah hujjah yang sangat konyol dan
sangat…sangat…sangat…tidak nyambung. Apakah semua yang dibagi menjadi tiga sama
dengan trinitas??. Akan tetapi begitulah sebagian ASWAJA yang mencari dalil apa
saja yang penting bisa membantah salafiyin (Aswaja yang sesungguhnya) !!!
Pernyataan ini (bahwasanya pembagian tauhid
menjadi tiga sama dengan trinitas) digembar-gemborkan oleh seorang yang bernama
Hasan 'Alawi As-Saqqoof, seorang pengikut faham Jahmiyah dalam kitabnya التَّنْدِيْدُ بِمَنْ عَدَّدَ التَّوْحِيْدَ، إِبْطَالُ مُحَاوَلَةِ التَّثْلِيْثِ فِي التَّوْحِيْدِ وَالْعَقِيْدَةِ الإِسْلاَمِيَّةِ (artinya : Pengungkapan kebatilan orang yang
membagi tauhid, pembatalan usaha trinitas dalam tauhid dan aqidah Islamiyah)
Beliau ini dikenal tukang dusta, terlalu
banyak dusta yang ia sampaikan, bahkan berdusta dihadapan khalayak ramai (di
stasiun televisi), silahkan baca (http://www.saaid.net/Doat/Zugail/303.htm),
demikian juga tidak amanahnya Hasan As-Saqqoof terhadap kitab-kitab para ulama
sebagaimana dibongkar oleh Muhammad Sa'id Al-Katsiiri dalam kitabnya عَبَثُ
أَهْلِ الأَهْوَاءِ بِتُرَاثِ الأُمَّةِ وَوَقَيْعَتُهُمْ فِي عُلَمَائِنَا نَظْرَةٌ تَطْبِيْقِيَّةٌ فِي كُتُبِ حَسَن بْنِ عَلِي السَّقَّافِ (inti
buku ini adalah menunjukkan contoh praktek-praktek nyata ketidakamanahan
Hasan As-Saqqof terhadap buku-buku para ulama, dan sikapnya yang menjatuhkan
para ulama : silahkan di download di
http://ia700302.us.archive.org/22/items/waq85152/85152.pdf), buku ini diberi
pengantar oleh Syaikh yang alim yang juga berasal dari satu suku dengan Hasan
As-Saqqoof, yaitu syaikh yang bernama Abdul Qoodir 'Alawi As-Saqqoof
hafizohulloh)
Adapun buku At-Tandiid tersebut maka telah
dibantah secara khusus oleh Syaikh Abdurrozzaq Al-Badr hafizohulloh dalam
kitabnya الْقَوْلُ السَّدِيْدُ فِي الرَّدِّ عَلَى مَنْ أَنْكَرَ تَقْسِيْمَ التَّوْحِيْدِ (yang artinya : Perkataan yang Tepat dalam
Membantah Orang yang Mengingkari Pembagian Tauhid, silahkan didownload di
http://ia701206.us.archive.org/24/items/waq34288/34288.pdf)
Untuk membantah hujjah konyol ini maka ada
beberapa perkara yang perlu diperhatikan :
PERTAMA : Maksud dari pembagian Tauhid
menjadi tiga, yaitu mentauhidkan Allah dalam (1) Rububiyahnya, dalam (2)
Uluhiyahnya, dan dalam (3) Asmaa dan SifaatNya.
-
Tauhid ar-Rubuubiyah artinya Mengesakan Allah dalam hal penciptaan,
pemilikan dan pengaturan. Yaitu meyakini bahwa Allah Maha Esa dan tidak ada
dzat lain yang ikut nimbrung membantu Allah dalam hal penciptaan, penguasaan,
dan pengaturan.
- Tauhid al-Uluhiyah : Mengesakan Allah dalam
peribadatan hamba kepadaNya. Artinya Allah Maha Esa dalam penyembahan, maka
tidak ada dzat lain yang boleh untuk ikut serta disembah disamping penyembahan
terhadap Allah
-
Tauhid al-Asmaa wa as-Sifaat : Mengesakan Allah dalam nama-nama dan
sifat-sifatnya. Artinya tidak ada dzat lain yang menyamai sifat-sifat Allah
yang maha sempurna.
Jika kita bertanya kepada kaum muslimin
secara umum tentang tiga makna tauhid di atas, maka secara umum tidak ada yang menolak,
karena Allah memang Maha Esa dalam ketiga hal di atas. Lantas kenapa harus ada
pengingkaran jika maknanya disetujui dan disepakati..??
KEDUA : Tauhid asalnya tidaklah diterima
kecuali tauhid yang satu. Karena asalnya (1) Rob yang berhak disembah adalah
(2) Rob yang maha Esa dalam penciptaan, dan juga (3) Maha sempurna
sifat-sifatnya. Jika ada Rob yang tidak maha esa dalam penciptaan atau tidak
sempurna sifat-sifatnya maka dia tidak berhak untuk disembah. Karenanya asalnya
bahwa tauhid tidaklah menerima pembagian. Ketiga makna tauhid di atas harus
terkumpulkan menjadi satu. Lantas kenapa ada pembagian??!!
Makhluklah (yaitu kaum musyrikin) yang telah
melakukan pembagian, sehingga mereka hanya mengimani dan mengerjakan sebagian
dari makna tauhid.
Allah berfirman :
وَمَا
يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
"Dan sebahagian besar dari mereka tidak
beriman kepada Allah, melainkan dalam Keadaan mempersekutukan Allah (dengan
sembahan-sembahan lain)" (QS Yusuf : 106)
Para salaf dan para ahli tafsir telah sepakat
bahwa makna ayat ini adalah kaum musyrikin arab mengakui dan mengimani
bahwasanya Allah Maha Esa dalam penciptaan dan pengaturan, akan tetapi mereka
berbuat kesyirikan dengan beribadah juga kepada selain Allah. (Silahkan baca
kembali penjelasan panjang lebar disertai nukilan-nukilan dari salaf dan para
mufassir di artikel ini "Persangkaan Abu Salafy Al-Majhuul Bahwasanya Kaum
Musyrikin Arab Tidak Mengakui Rububiyyah Allah"
Ayat ini menunjukkan bahwa kaum musyrikin
Arablah yang membagi tauhid kepada Allah, sehingga hanya mengimani sebagian
tauhid (yaitu tauhid rububiyah) dan berbuat syirik dalam tauhid al-uluhiyah.
Allah juga berfirman
فَإِذَا
رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa
kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, Maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah) (QS Al-'Ankabuut : 65)
Ayat ini menjelaskan bahwasanya dalam kondisi
gawat kaum musyrikin mengesakan (tidak membagi) tauhid mereka sehingga ikhlas
berdoa kepada Allah, akan tetapi tatkala mereka diselamatkan di daratan mereka
kembali lagi melakukan pembagian tauhid dan menyimpang dalam tauhid
al-uluhiyah.
Dan dalil-dalil yang menunjukkan akan
keimanan kaum musyrikin terhadap tauhid ar-rububiyah sangatlah banyak,
sebagaimana telah saya sampaikan pada link diatas.
Perhatikan : Syari'at tidak ingin tauhid
dipisah-pisahkan, bahkan ingin agar tauhid merupakan seusatu yang satu
kesatuan. Hanya saja timbul penyimpangan dari kaum musyrikin yang memecah dan
membagi tauhid, dimana mereka beriman kepada sebagian makna tauhid dan
mengingkari sebagian yang lain. Maka datanglah syari'at untuk meluruskan mereka
sehingga menjelaskan dengan cara membagi antara keimanan mereka yang benar
(tauhid ar-rububiyah) dan keimanan mereka yang salah dalam tauhid (yaitu tauhid
al-uluhiyah). Sehingga sering kita dapati bahwasanya Al-Qur'an berhujjah dengan
keimanan mereka terhadap tauhid ar-rububiyah agar mereka meluruskan tauhid
mereka yang salah dalam tauhid al-uluhiyah. Seperti firman Allah
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (٢١)الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS Al-Baqoroh :
21-22)
Dalam ayat ini Allah berhujjah dengan
pengakuan kaum musyrikin dan keimanan mereka terhadap Rububiyah Allah agar
mereka juga mentauhidkan Allah dalam uluhiyah/peribadatan.
Intinya : Pembagian tauhid nampak dan muncul
pada makhluk lalu datanglah syari'at berusaha memperbaiki dan meluruskan
pemahaman mereka yang keliru tentang tauhid. Jadilah timbul pembagian tauhid
dalam syari'at yang memiliki 2 fungsi, (1) dalam rangka penjelasan dan (2)
dalam rangka menjaga tauhid dari kesalahpahaman
KETIGA : Karenanya pembagian tauhid ini
bukanlah penimbulan/pemunculan suatu makna baru yang tidak ada di zaman salaf,
akan tetapi hanyalah pembaharuan dalam istilah atau metode penjelasan dan
pemahaman. Karena kalau pembagian ini dikatakan bid'ah maka terlalu banyak
penamaan dan pembagian yang kita hukumi sebagai bid'ah juga. Sebagai contoh
misalnya pembagian para ulama bahwasanya
hukum taklifi terbagi menjadi 5 (wajib, mustahab, mubah, makruh, dan haram).
Tentunya pembagian ini tidak terdapat dalam pembicaraan sahabat. Akan tetapi
setelah diteliti dalil-dalil yang ada jelas bahwa kesimpulan hukum-hukum taklifi
tidaklah keluar dari 5 hukum tersebut.
KEEMPAT : Pembagian tauhid adalah perkara
ijtihadiah, tergantung cara seorang mujtahid dalam meng "istiqroo'
dalil-dalil, sehingga berkesimpulan bahwa tauhid terbagi menjadi berapa?.
Karenanya kita dapati :
-
Sebagian ulama membagi tauhid menjadi dua saja, yaitu :تَوْحِيْدُ الْمَعْرِفَةِ وَالْإِثْبَاتِ dan تَوْحِيْدُ الطَّلَبِ وَالْقَصْدِ.
-
Ada juga yang membagi dua dengan ibarat yang lain, yaitu : التَّوْحِيْدُ الْعِلْمِيِّ الْخَبَرِيِّ dan التَّوْحِيْدِ الطَّلَبِيِّ الإِرَادِيِّ
-
Ada juga yang mengungkapkan dengan ibarat yang lain, yaitu : تَوْحِيْدُ الإِعْتِقَادِ dan تَوْحِيْدُ الْعَمَلِ
-
Kita dapati juga ada sebagian orang yang membagi tauhid menjadi 4,
seperti Ibnu Mandah yang membagi tauhid menjadi : (1) Tauhid Al-Uluhiyah, (2)
Tauhid Ar-Tububiyah, (3) Tauhid al-Asmaa', dan (4) Tauhid As-Sifaat.
-
Demikian juga ada yang membagi tauhid menjadi empat dengan
menambahkan tauhid yang ke (4) Tauhid
Al-Haakimiyah.
Yang menjadi permasalahan bukanlah pembagian,
akan tetapi content/isi dan kandungan dari pembagian tersebut, apakah benar
menurut syari'at atau tidak??!! Inilah yang menjadi permasalahan, bukan masalah
pembagian tauhid menjadi dua atau tiga atau empat, atau lebih dari itu.
KELIMA : Ternyata kita dapati para ulama
terdahulu –jauh sebelum Ibnu Taimiyyah- telah membagi tauhid menjadi tiga. Hal
ini jelas membantah pernyataan mereka bahwa pembagian tauhid menjadi tiga
adalah kreasi Ibnu Taimiyyah rahimahullah di abad ke 8 hijriyah. Syaikh
Abdurrozzaq hafizohulloh telah menukil perkataan para ulama salaf jauh sebelum
Ibnu Taimiyyah yang membagi tauhid menjadi tiga. Diantara para ulama tersebut
adalah :
(1) Al-Imam Abu Abdillah 'Ubaidullahi bin
Muhammad bin Batthoh al-'Akburi yang wafat pada tahun 387 H, dalam kitabnya
Al-Ibaanah.
(2) Al-Imam Ibnu Mandah yang wafat pada tahun
395 Hijriyah dalam kitabnya "At-Tauhid".
(3) Al-Imam Abu Yusuf yang wafat pada tahun
182 H (silahkan merujuk kembali kitab al-qoul as-sadiid)
KEENAM : Ternyata kita juga dapati ahlul
bid'ah juga telah membagi tauhid
Pertama : Kaum Asyaa'roh juga membagi tauhid
menjadi 3, mereka menyatakan bahwa wahdaniah (keesaan) Allah mencakup tiga
perkara, ungkapan mereka adalah:
إن
الله واحد في ذاته لا قسيم له وواحد في صفاته لا نظير له، وواحد في أفعاله لا شريك له
"Sesungguhnya Allah (1) maha satu pada
dzatnya maka tidak ada pembagian dalam dzatNya, (2) Maha esa pada
sifat-sifatNya maka tidak ada yang menyerupai sifat-sifatnya, dan (3) Maha esa
pada perbuatan-perbuatanNya maka tidak ada syarikat bagiNya.
Salah seorang ulama terkemukan dari
Asyaa'iroh yang bernama Ibrahim Al-Laqqooni berkata :
"Keesaan (ketauhidan) Allah meliputi
tiga perkara yang dinafikan :
… "Keesaan" dalam istilah kaum (Asyaa'iroh)
adalah ungkapan dari tiga perkara yang dinafikan :
"(1) Dinafikannya berbilang dari Dzat
Allah, artinya Dzat Allah tidak menerima pembagian….
(2) Dinafikannya sesuatu yang serupa dengan
Allah, maksudnya tidak ada perbilangan dalam dzat atau salah satu sifat dari
sifat-sifatNya…
(3) Dinafikannya penyamaan Allah dengan
makhluk-makhluk yang baru…"
(Hidaayatul Muriid Li Jauharot At-Tauhiid,
Ibraahim Al-Laqqooni. 1/336-338)
Ulama besar Asya'iroh yang lain yaitu
Al-Baajuuri rahimahullah berkata :
"Kesimpulannya bawhasanya
wahdaniah/keesaan/ketauhidan Allah yang mencakup (1) Keesaan pada Dzat, (2)
Keesaan pada sifat-sifat Allah, dan (3) Keesaan pada
perbuatan-perbuatanNya…"
(Hasyiat Al-Imam Al-Baijuuri 'alaa Jauharot
At-Tauhiid, hal 114)
Kedua : Abu Hamid Al-Gozali menyatakan bahwa
tauhid yang berkaitan dengan kaum muslimin ada 3 tingakatan, karena beliau
membagi tauhid menjadi 4 tingkatan, dan tingkatan pertama adalah tingkatan
tauhidnya orang-orang munafik.
Adapun tingkatan-tingakatan yang berikutnya :
(1) Tauhidul 'awaam تَوْحِيْدُ الْعَوَّام (Tauhidnya orang-orang awam)
(2) Tauhidul Khoosoh تَوْحِيْدُ الْخَاصَّةِ (Tauhidnya orang-orang khusus, مَقَامُ
الْمُقَرّبِيْنَ) dan
(3) Tauhid Khoosotil Khooshoh تَوْحِيْدُ خَاصَّةِ الْخَاصَّةِ (Tauhidnya orang-orang super khusus مُشَاهَدَةُ الصِّدِّيْقِيْنَ)
Beliau rahimahullah berkata :
للتوحيد
أربع مراتب ...
فالرتبة
الأولى من التوحيد هي أن يقول الإنسان بلسانه لا إله إلا الله وقلبه غافل عنه أو منكر له كتوحيد المنافقين
"Tauhid memiliki 4 tingkatan…tingkatan
pertama dari tauhid adalah seseorang mengucapkan dengan lisannya laa ilaah
illallah akan tetapi hatinya lalai darinya atau mengingkarinya, sebagaimana
tauhidnya orang-orang munafiq"
Lalu Al-Gozali menyebutkan 3 tingkatan
tauhidnya kaum muslimin, ia berkata :
والثانية
أن يصدق بمعنى اللفظ قلبه كما صدق به عموم المسلمين وهو اعتقاد العوام
(1) Yang kedua : Yaitu ia membenarkan makna
lafal laa ilaaha illallahu dalam hatinya sebagaimana pembenaran orang-orang awam
kaum muslimin, dan ini adalah aqidahnya orang-orang awam
والثالثة
أن يشاهد ذلك بطريق الكشف بواسطة نور الحق وهو مقام المقربين وذلك بأن يرى أشياء كثيرة ولكن يراها على كثرتها صادرة عن الواحد القهار
(2) Yang Ketiga : Yaitu dengan metode Kasyf
(pengungkapan) dengan perantara cahaya Allah, dan ini adalah orang-orang
muqorrobin (yang didekatkan), yaitu jika ia melihat sesuatu yang banyak akan
tetapi ia melihatnya –meskipun banyak- timbul dari dzat Yang Maha Satu Yang
Maha Kuasa
والرابعة
أن لا يرى في الوجود إلا واحدا وهي مشاهدة الصديقين وتسميه الصوفية الفناء في التوحيد لأنه من حيث لا يرى إلا واحدا فلا يرى نفسه أيضا وإذا لم ير نفسه لكونه مستغرقا بالتوحيد كان فانيا عن نفسه في توحيده بمعنى أنه فنى عن رؤية نفسه والخلق
(3) Yang Keempat : yaitu ia tidak melihat di
alam wujud ini (alam nyata) ini kecuali hanya satu, dan ini adalah pengamatan
orang-orang as-siddiqin. Dan kaum sufiah menamakannya al-fanaa dalam tauhid,
karena ia tidaklah melihat kecuali satu, maka iapun bahkan tidak melihat
dirinya sendiri. Dan jika ia tidak melihat dirinya dikarenakan tenggelam dalam
tauhid maka ia telah sirna dari dirinya dalam mentauhidkan Allah, yaitu
maknanya ia telah sirna tidak melihat dirinya dan tidak melihat makhluk"
(Ihyaa 'Ulumiddiin 4/245)
KETUJUH :Ternyata sebagian ulama Ahlul Kalaam
juga mengenal istilah tauhid ar-rububiyah dan tauhid al-uluhiyah,
Abu Mansuur Al-Maturidi (pendiri madzhab
Al-Maturidiyah, wafat 333 H) dalam kitabnya At-Tauhid beliau berkata :
(Kitaab At-Tauhid, Abu Manshuur Al-Maturidi,
tahqiq : DR Muhammad Aruusi, Terbitan Daar Shoodir, Beirut, hal 86)
KEDELAPAN : Kenapa harus pengingkaran
besar-besaran terhadap pembagian tauhid menjadi tiga?. Rahasianya karena
pembagian ini menjelaskan akan bedanya antara tauhid Ar-Rububiyah dengan tauhid
Al-Uluhiyah. Dan barangsiapa yang mengakui tauhid Ar-rububiyah akan tetapi
beribadah kepada selain Allah maka ia adalah seorang musyrik. Inilah pembagian
yang mereka ingkari, mereka hanya ingin pembicaraan tauhid hanya pada dua model
tauhid saja, yaitu tauhid ar-rububiyah dan tauhid al-asmaa wa as-sifaat.
Karena dengan dibedakannya antara tauhid
ar-rububiyah dan tauhid al-uluhiyah semakin memperjelas bahwa aqidah mereka
tentang bolehnya berdoa kepada mayat-mayat penghuni kubur dan beristighotsah
kepada para wali yang telah meninggal adalah kesyirikan yang nyata !!!
Mereka tidak mempermasalahkan jika seandainya
tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid rububiyah dan tauhid al-asmaa wa
as-sifaat, karena dalam buku-buku aqidah mereka ternyata memfokuskan
pembicaraan pada dua model tauhid ini. Jika kita setuju pembagian tauhid hanya
dua saja, maka bisa saja dikatakan ini adalah dualisme ketuhanan, sebagaimana
penyembah dua dewa atau dua tuhan, dan ini juga kesyirikan. Sebagaimana
trinitas adalah kesyirikan demikian juga dualisme ketuhanan juga terlarang
KESEMBILAN : Pembicaraan kaum Asya'iroh hanya
terfokus dalam masalah tauhid Ar-Rububiyah, bahwasanya Allahlah satu-satunya
pencipta.
Hal ini sangat nampak dari sikap mereka
berikut ini
-
Sebagian ulama mereka menafsirkan laa ilaah illallah pada makna
rububiyah لاَ قَادِرَ عَلَى الاِخْتِرَاعِ إِلاَّ اللهُ (Tidak ada
yang mampu untuk menciptakan kecuali Allah).
Padahal yang benar dalam hal ism ahsan الله adalah bukanlah ism jamid (yaitu kata benda
yang tidak berasal dari kata masdar yang bermakna), akan tetapi pendapat yang
benar bawhasanya lafal الله adalah ism musytaq berasal dari
kata الإله yang artinya المألوه
(sebagaimana كتاب yang
bermakna مكتوب), dan المألوه maknanya adalah المعبود "yang di sembah". Sehingga makna
yang benar dari laa ilaah illallah adalah "Tidak ada yang berhak untuk
disembah kecuali Allah"
-
Kita dapati kaum asyairoh dalam buku-buku aqidah mereka menyatakan bahwa
أَوَّلُ وَاجِبٍ عَلَى الْمُكَلَّفِ هُوَ النَّظْرُ (Yang
pertama wajib bagi seorang mukallaf adalah pengamatan untuk meyakini adanya
pencipta). Sehingga konsentrasi mereka adalah tentang penetapan akan adanya
Tuhan Pencipta Yang Maha Esa dalam Penciptaan
Akibat dari salah penafsiran tentang laa
ilaaha illahllahu ini akhirnya seseorang yang beristighotsah dan berdoa kepada
selain Allah tidaklah terjerumus dalam kemusyrikan selama meyakini bahwa
pencipta satu-satunya adalah Allah.
Karenanya kita dapati sebagian orang alim
mereka (sebagian kiyai) terjerumus dalam kesyirikan atau membolehkan
kesyirikan. Menurut mereka hal-hal berikut bukanlah kesyirikan :
-
Berdoa kepada mayat, meminta pertolongan dan beristighotsah kepada mayat
bukanlah kesyirikan, selama meyakini bahwa mayat-mayat tersebut hanyalah sebab
dan Allahlah satu-satunya yang menolong
-
Jimat-jimat bukanlah kesyirikan selama meyakini itu hanyalah sebab, dan
yang menentukan hanyalah Allah. Karenanya kita dapati sebagian kiyai menjual
jimat-jimat
-
Bahkan kita dapati sebagian kiyai mengajarkan ilmu-ilmu kanuragan atau
ilmu-ilmu sihir. Karena selama meyakini itu hanyalah sebab dan Allah yang
merupakan sumber kekuatan maka hal ini bukanlah kesyirikan.
-
Sebagian mereka juga membolehkan memberikan sesajen atau tumbal kepada
lumpur lapindo atau kepada gunung yang akan meletus, karena menurut mereka hal
itu bukanlah bentuk kesyirikan kepada Allah.
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-,
03-04-1434 H / 15 Maret 2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
Comments
Post a Comment