ACEH DAN KERAJAAN ISLAM NUSANTARA
KERAJAAN-KERAJAAN
ISLAM DIBAWAH KERAJAAN ACEH DARUSSALAM
Oleh
JUNAIDI
Abstract
Islam di Nusantara merupakan Islam yang pertama di Asia Tenggara. Dalam
pembahasan ini akan mendeskripsikan sekilas datangnya Islam dan juga kerajaan
Islam di Aceh. Kekuatan tempur dan perjuangan menguasai wilayah menjadi faktor
utama. Sehingga kerajaan satu dengan kerajaan lainnya tunduk dibawah kekuasaan
kerajaan dan kesultanan yang kuat. Hal inilah yang terjadi di berbagai abad dan
masa pada masing-masing kerajaan. Bahkan, islam lahir dan berkembang karena
menaklukkan peran agama dalam menjalankan roda pemerintahan. Ekonomi dan
perkembangan juga menjadi acuan kehidupan masa kerajaan hingga sampai kejayaan
dalam ekonomi mampu bersaing dengan Negara lain.
Kata Kunci: Kerajaan Aceh Dalam Kebudayaan Islam
A. Pendahuluan
Islam dikenal sebagai agama
yang rahmatan lil’alamin atau lebih sering
di dengar sebagai rahmat bagi seluruh alam. Artinya, islam tidak hanya berada dan mendiami suatu tempat saja seperti
halnya di negeri Arab Saudi, Madinah, Palestina, Cairo dan wilayah Timur Tengah
khususnya
serta
wilayah sekitarnya yang pernah dilalui para nabi-nabi Allah SWT.
Dengan keluasan Islam yang
menyebar secara pelan-pelan, maka berkembanglah hingga kemana-mana atau terjadi
perluasan wilayah gama Islam di muka bumi ini. Baik dari awal islam yang berada
Makkah dan Madinah yang kemudian dikembangkan oleh para sahabat menyusuri dimana
ada kehidupan. Perjalanan demi perjalanan dilalui oleh para sahabat terus menyebarkan
Islam keseluruh dunia. Mereka berpencar berbagi tugas untuk menyebarkan agama
yang ridha ini, salah satunya memasuki wilayah Asia Tenggara.
Para utusan Nabi yakni sahabat
dan rekan-rekan dari pada sahabat berjuang menyebarkan Islam ke Asia Tenggara
melalui samudra Hindia dan baru kemudian memasuki wilayah Asia Tenggara. Teori sejarah
menyebutkan bahwa Islam disebarkan langsung oleh orang Arab-Makkah menuju Asia
Tenggara. Teori kedua dari Gujarat Hindia dan baru kemudian ke Nusantara.
Di Asia Tenggara sendiri disebutkan,
Islam masuk pertama kali adalah pada abad ke-7, dan ada yang mengatakannya pada abad ke-8, 10 dan bahkan pada abad ke 13.
Keduanya mempunyai pertimbangan, pendapat dan pristiwa
yang berbeda hingga keduanya bisa dikatakan benar adanya dan mempunyai referensi
yang otentik, yang masuk kewilayah Indonesia, tepatnya bagian barat Sumatera. Jika dilihat secara peta dunia,
Sumatera adalah yang paling
dekat dengan Samudra Hindia, sehingga para penyebar agama islam dengan cara
berdagang atau berniaga, dipastikan menyebarkan agama Islam di Barat Sumatera
hingga dikenal dengan awal masuknya Islam di Nusantara.
Nusantara adalah salah satu pintu gerbang awal masuk
Islam disana. Kendatipun demikian, islam pertama di Nusantara ini sendiri Islam masih
berbeda pendapat dan diperdebatkan
oleh kalangan akademisi dan juga sebagian sejarawan, hal ini lumrah karena
berbeda penelitian dan juga bukti otentik yang ditemukan.
Berangkat dari isu tersebut, dalam penulisan ini
akan mencoba mengulas dan menyampaikan sekilas masuknya Islam di Aceh. Kemudian
munculnya kerajaan-kerajaan Islam tunduk dibawah Kerajaan Aceh Darussalam, dan kondisi
sosial-keagamaan masyarakat.
B.
Masuknya Islam Di Aceh
Proses penyebaran Islam
menuju Nusantara telah mulai merambah sebelum menjelang wafatnya Baginda Nabi
Besar Muhammad Saw, pada abad 1 H atau 7 M.[1]
waktu itu pengembangan Islam di luar jazirah Arab tanpa disadari sudah
meluas ke Tiongkok, Cina oleh Said bin
Abi Waqash masa Khalifah Usman bin Affan.
Julukan Nusantara menjadi
Pintu Gerbang utama masuknya Islam pertama di Asia Tenggara. Tempat yang dirasa
sangat strategis hingga kemudian dijadikan suatu tempat untuk berteduh dan juga
terjadinya perdagangan dan perniagaan disana dengan masyarakat pesisir (melayu
tua) yang masih memeluk agama Hindu faktor dan pengaruh kerajaan Majapahit diwilayah
Perlak. Sehingga Islam pertama hadir diwilayah ini tidak yang selama ini
dituliskan dalam kurikulum pelajaran sejarah disekolah-sekolah yang mengatakan
islam pertama di Nusantara adalah Pasai.
Selain Pasai di Aceh
dikatakan sebagai Islam pertama di Nusantara ini, menjadi perdebatan dikalangan
sejarawan dan juga akademisi. Sebagian pendapat islam pertama di Nusantara
adalah di wilayah Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Dikatakan demikian
sesuai dengan dalil rombomgan
pedagang Muslim telah masuk kedaerah ini sejak abad awal Hijriah atau abad ke-7
M (625-642 M), namun belum memiliki bukti arus utama sejarah.[2]
Atas dasar informasi itu, pada tanggal 24-25
Maret 2017 lalu, Presiden RI Joko Widodo hadir ke Barus meresmikan tugu Titik Nol
Islam Nusantara itu sebagai Islam pertama di Nusantara ini. Kedatangannya juga sekaligus
menghadiri undangan Silaturahmi Nasional (Silantas) Jam’iyah Batak Muslim Indonesia
(JBMI). Informasi ini dituliskan langsung pada web sekretariat Kabinet Republik
Indonesia (setkab.go.id) dengan kategori berita.[3]
Islam di Samudera Pasai dan Barus menjadi perbincangan
hangat. Dipetik dari media Kompas.com, pada tahun 1962, kemudian 23 Maret 2017
sempat dilakukan seminar Nasional untuk membahas Sejarah Masuknya Islam di
Indonesia.[4]
Sejarawan Dr Tiar Anwar Bachtiar berkomentar bahwa seminar tersebut dilakukan
pada masa Abuya Hamka. Dia menyebutkan fakta-fakta Barus sebagai Islam pertama
di Nusantara masih belum bisa dipastikan karena kurang atau minimnya sumber
yang orisinil, disamping karena masih berbeda tafsiran dan berbeda pandangan.
Sumber dikatakan Barus sebagai islam pertama di
Sumatera dikutip dari catatan Pelancong China yang bertemu dengan komunitas Arab
yang berniaga seperti rempah-rempah kamper atau kapur barus. Sehingga catatan Plancong
China itu diyakini masyarakat setempat bahwa Baruslah sebagai titik awal masuknya
Islam di Nusantara.
Terkait dengan hal itu,
juga maka di Aceh juga dibahas mengenai titik Nol Nusantara ini pada hari Senin,
15 Mei 2017 di Aula Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh dalam seminar
Nasional. Tiga Narasumber untuk mempertegas teori awal masuknya Islam ke
Nusantara.[5]
Adapun para narasumber tersebut ialah Prof. Dr. Azyumardi Azra MA, CBE sebagai mantan
rekto UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Dr
Farid Wajdi MA dan juga sejarawan Aceh, Dr Husaini Ibrahim MA. Meskipun
ketiganya berbeda pandangan islam pertama di Aceh, namun mereka bertiga sepakat
bahwa Islam Nusantara ialah di Perlak Aceh. Mereka juga mengklaim bahwa tugu
yang diresmikan Presiden itu tidak memiliki bukti yang kuat hingga menentukan Barus
sebagai titik nol Islam Nusantara. Mereka juga mengatakan perlu mengetahui siapa
pembisik terkait hal ini ketelinga Jokowi.
Dari argumetasi diatas,
pengetahuan penulis dapat disimpulkan bahwa, Aceh adalah tempat Islam
pertama sekali hadir di Nusantara
yaitu di Perlak. Islam kemudian terus meluas dengan
secara permanen menyeluruh kepada masyarakat melayu tua yang mendiami
wilayah itu yang sebelumnya memeluk agama hindu. Sedangkan melayu muda hadir pada gelombang kedua dan menetap di Aceh
Besar.
C.
Kerajaan-Kerajaan Islam Tunduk Dibawah Kerajaan Aceh
Darussalam
Pertumbuhan Islam di
Aceh berawal sejak pertengahan abad pertama hijriah di Perlak. Namun, pada abad
tersebut masih belum diberlakukan kata “Aceh” untuk seluruh wilayah. Malahan,
nama ini masih dalam lingkup kerajaan kecil dan memeluk agama hindu. Kerajaan
kecil ini dipimpin oleh Ibrahim Syah (nama setelah memeluk agama Islam pada
abad 16) akan tetapi dibawah kerajaan besar yang dikenal dengan Pedir.
Kata “Aceh” sendiri
baru diberlakukan dan menyebarluas keseluruh wilayah yang saat ini dikenal
denga provinsi Aceh ternyata muncul sejak abad 16 H, saat sultan pertama Aceh
Sultan Alaidin Johansyah dari negeri Linnga menyebarkan agama Islam di wilayah
Koetaraja, dan menaklukkan Aceh kecil dan juga menikahi Putri Ibrahim Syah. Saat
itu pula, pemangku kerajaan diserahkan kepada Johansyah karena kecerdasan yang
luar biasa, dan saat itu pula Johansyah menikahi putri Ibrahim Syah.
Waktu berlalu, pada
abad ke-16 H, Johansyah kemudian berubah nama dan diganti dengan nama Ali
Mughayat Syah. Pendapat lain hanya Sultan Alaidin Johansyah, yang memangku
kerajaan pada tahun 1502-1539 H. dari tahun itulah Sultan Aceh ini memiliki
strategi perang baru dan kemudian menaklukkan seluruh kerajaan Islam dan tunduk
dibawah kerajaan Aceh Darussalam termasuk kerajaan Pedir. Kerajaan islam
lainnya dinilai telah bermain dengan kedatangan Portugis yang kemudian
bertantangan dengan kerajaan Aceh Darussalam, hingga akhirnya kerajaan ini juga
berkoalisi dengan Dinasty Turki Usmani. Sehingga bertambah majulah segala
kemajuan pada bidang ekonomi dan lain sebagainya sangat megah, walau kemudian
lebih pesatnya pada masa Sultan Iskandar Muda.
Sebelumnya, kebanyakan, kerajaan-kerajaan
Islam di Aceh awalnya bermula dari kerajaan
kecil
yang menganut agama Hindu. Dari kerajaan
satu dengan yang lainnya saling berperang dan menguasai wilayah hingga sebagian
kerajaan menjadi besar lantaran kerajaan kecil dibawah kekuatan kerajaan besar. ketika islam datang dan
kemudian secara pelan-pelan kerajaan tersebut mulai memeluk agama islam. Bahkan, hadirnya islam di Aceh
berbeda-beda waktu dan jarak yang berbeda.
Disisi lain, kerajaan-kerajaan dulu memiliki tingkatan status kekuasaan
dalam skup wilayah besar dan kecil. Karena dulu memegang sistim siapa yang terkuat,
maka ia akan berkuasa sebagaimana yang dikatakan Iskandar Muda, siapa kuat ia
bertahan. Sehingga antara kerajaan satu dengan yang lainnya saling memperluas
wilayah. Saat ada wilayah kerajaan yang lemah dan tidak bisa dipertahankan,
maka akan tunduk pada kerajaan yang terkuat, serta wilayah kerajaan tersebut
berada diwilayah kekuasaan raja yang menang, kalau dihari ini disebut dengan
sistem pemerintahan, yang memiliki stratifikasi jabatan. Ada yang menjabat
sebagai Gubernur, Walikota, Bupati , Camat dan seterusnya.
Dari sistem ini, puncak kekuasaan kerajaan berbeda-beda. Siapa saja yang kuat rajanya dalam mengatur strategi kerajaannya
maka akan kuat pula cakupan wilayah yang diperluas dan dikuasai. Maka dikaji
secara logika dan mendalam, adanya kerajaan besar yang terdapat di Aceh ini
merupakan faktor kerajaan dan sultannya yang memiliki prinsip yang tinggi
seperti kerajaan Perlak, Pasai, Pedir, Aceh Darussalam dan kerajaan-kerajaan
islam lainnya.
1.
Perlak
Dalam catatan Muhammad
Said, Islam hadir di Perlak sudah ada pada tahun 225 H/840 M dengan Sultan
Pertamanya adalah Sultan Alauddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah. Pendapat lain,
islam hadir disini pada abad pertama hijriah, artinya jika Islam hadir di
Perlak tahun diatas, maka islam masuk kesana tidak bisa dikatakan pada abad
pertama melainkan pada abad kedua hijriah.
Sudut pandang lain, Islam
di tanoh Gayo sendiri sudah ada pada akhir abad kedua yaitu sekitar tahun 173 H/800 M.[6] Pendapat lain juga menjadi perbedaan pendapat bahwa
Islam di Lingga/Linge pada tahun 325 H/986 M. dari kedua pendapat ini maka
dapat disimpulkan, Islam di Perlak hadir pada abad pertama H, yang kemudian
berkembang menuju pedalaman dataran tinggi Gayo pada akhir abad kedua.
Disisi yang lain, kedua
kerajaan ini sangat memiliki hubungan yang istimewa. Pernah raja Islam Lingga
ke-4 Adi Genali dilantik langsung oleh Syeh Syirajuddin Abbas pada tahun 1205 M.
Kerajaan Perlak harus
goyah dan runtuh lantaran karena diserang oleh portugis. Hal ini kali kedua
terjadi setelah sebelumnya sempat dikuasai oleh kerajaan Majapahit hingga 20
tahun lamanya. Setelah itu kembali bangkit beberapa puluhan tahun dan baru
kembali diserang masa portugis. Perlak pun akhirnya harus tunduk dibawah
kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-14, di bawah kepemimpinan Sultan Malik Al-Zahir.[7]
2.
Samudera/Pasai
Kerajaan Samudera Pasai diperkirakan berdiri pada abad ke 13 H dengan Sultan
pertamanya adalah Sultan Malik al-Saleh. pada tahun 1292 M. Kemajuan yang dialami cukup berkembang dan luar biasa
hingga sukses berjaya sampai pada abad ke-16, baik ekonomi, budaya Islam,
politik, dan juga lainnya.[8] Hal
ini lantaran karena adanya hubungan yang kuat yang terjadi antara Pasai dengan
Dinasti Abbasyiah.[9]
Pada tahun 1520 M, saat Zainuddin sebagai
pemangku kerajaan Pasai, kerajaan
ini harus tunduk dibawah kerajaan Aceh Darussalam.
Karena hubungan Pasai bersama Portugis saat itu menjadi ancaman bagi wilayah
kerajaan Aceh Darussalam, hingga akhirnya harus memerangi portugis pada abad 16
hingga awal abad 19 H dan kerajaan Pasai pun tunduk dibawah kekuasaan Aceh
Darussalam.
3.
Kerajaan Linge/Lingga
Kerajaan Islam Linge/Lingga adalah kerajaan Islam besar pada tingkat kabupaten yang berada di wilayah tengah Aceh atau
di dataran tinggi Gayo. Sebelum memeluk Islam kerajaan ini sudah mendiami
wilayah pesisir pantau Samudera, karena merupakan suku melayu tua (Gayo-Alas)
dan golongan yang pertama menduduki Aceh ini, sebelum akhirnya datangnya melayu
muda.
Islam masuk ke wilayah ini perkirakan sekitar tahun 173 H/800 M[10]
dengan raja islam pertamanya adalah Ahmad Syarif pada tahun 181 H/808 M. namun
kepemimpinannya tidak terlalu lama. Tidak lama dari itu, datanglah Meurah
Ishak, anak dari Sultan Maliksyah dari kerajaan Perlak yang merantau ke Gayo,
karena ditempat kerajaan ayahnya terjadi peperangan yang dilakukan oleh pasukan
Sriwijaya tahun 986 M. Dengan demikian, Sarakopatmenobatkan Meurah Ishak
sebagai Sultan Raja Linge/Lingga menggantikan raja Lingga pertama Ahmad Syarif.[11]
Pada abad 15 H, lahirlah kerajaan-kerajaan baru di wilayah pedalaman dataran
tinggi Gayo yaitu kerajaan Bukit, Kerajaan Syiah Utama, dan kerajaan Cik
Bebesen. Sebelum berada dibawah kerajaan Aceh Darussalam sebagai kerajaann
besaR, Ketiga kerajaan ini dibawah kerajaan Reje Lingga.
4.
Pedir
Sebelum memeluk agama Islam, kerajaan Pedir dikenal dengan kerajaan Sama
Indra, hingga akhirnya menjadi kerajaan Pedir pada abad 16 H setelah di
taklukkan Kerajaan Aceh Darussalam Ali Mughayat Syah. Sebelum direnggut oleh kerajaan Aceh Darussalam,
kerajaan ini tergolong kerajaan yang besar di Aceh (saat ini Banda Aceh dan
Aceh Besar).
Luas kekuasannya meliputi wilayah pantai Sumatera
termasuk wilayah pada kerajaan Lamuri, Aceh dan hingga Pedir. Masa kerajaan sebelum
islam, kerajaan antara satu dengan yang lainnya saling berperang merebut
kekuasaan hingga akhirnya mendapatkan wilayah-wilayah yang strategis, namun
tidak berlangsung lama.
Belum bisa disampaikan
disini sejak kapan lahirnya Kerajaan Sama Indra, akan tetapi kerajaan ini telah
ada sejak sebelum abad 16 H. kendatipun perlak sudah dimasuki aliran islam
pertama yang kemudian merambah ke pedalaman, akan tetapi kerajaan-kerajaan wilayah
Aceh masih dibalut dan dikuasai non islam. Islam hadir setelah ada utusan
seorang pemuda beragama Islam dari wilayah pedalaman (Gayo) yang kemudian
barulah islam menyebar luas.
5.
Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam mulanya merupakan kerajaan tingkat Kabupaten sama
halnya dengan kerajaan-kerajaan lainnya. seiring berkembang dan majunya
perekonomian, sehingga tak ubah kerajaan pun semakin meluas seiring perluasan
wilayah kekuasaan. Lahirnya kerajaan Aceh Darussalam ada dua pendapat yang
berbeda mengenai siapa pendiri yang sebenarnya, namun yang jelas satu pendapat
mengatakan kerajaan Aceh Darussalam awalnya hanya bernama kerajaan Aceh, yang
lahir pada tahun 601 H (1205 M).
Kerajaan Aceh pertama sekali didirikan oleh Sultan Johansyah, dan deretan
pertama dari yang memimpin kerajaan Aceh. Disebutkan dalam buku Aceh Bumi
Iskandar Muda karangan Ridwan Azward dan dkk, bahwa Sultan Johansyah berasal
dari arah Barat yang kemudian membawa Islam ke Kandang Aceh, yang saat ini
dikenal dengan Gampung Pande, Kecamatan Kutaraja, Kota Banda Aceh.[12]
Ia menikahi seorang bidadari disana, kemungkinan
besar, Kandang Aceh sebelumnya adalah Melayu Muda yang beragama Hindu atau
nonmuslim.
Pendapat lain pemuda tersebut (Sultan Johansyah atau Meurah Johan)
merupakan anak dari kerajaan tingkat Kabupaten yang ada di Pedalaman tengah
Aceh atau dikenal dengan kerajaan Lingga, yaitu Adi Genali.Pemberitaan Serambi
Indonesia pada Jum’at, 10 November 2017 dengan judul berita Saat Sultanah
Hendak Pulang ke Aceh, Ia tak Tahu Harus Bermalam Dimana Lagi, dijelaskan
bahwa,
(Kesultanan Aceh Darussalam adalah kesultanan yang besar. Pada era yang
lain, kesultanan Aceh Pernah Menjadi
salah satu kerajaan Islam terbesar di dunia. Salah seorang sultan termashur dan
melegenda adalah Sultan Iskandar Muda. Dalam buku ‘Silsilah Raja Islam di Aceh
dan hubungannya dengan raja-raja Islam Nusantara’ karangan Pocut Haslinda
Sya€hrul disebutkan, Kesultanan Aceh Darussalam didirikan oleh turunan
Linge/Isaq, Gayo, Johansyah atau Merah Johan. Dialah Sultan pertama Kerajaan
Aceh Darussalam dengan Gelar Sultan
Alaidin Johansyah, pada 601-633H/1203-1235 M.)[13]
Sehingga barangkali itu yang dimaksud dengan dalam pendapat diatas lelaki
dari arah barat. Namun disisi lain, juga dalam buku tersebut dituliskan, Sultan
Alaidin Johansyah merupakan Sultan ke-24 setelah Sultan Alaidin Ahmad Syah pada
tahun 1735-1760.[14]
Tentu dari semua ini ada pendapat yang benar dan tidak memudarkan sejarah dari
keaslian kerajaan Aceh Darussalam yang sebenarnya.
Kemudian, Kerajaan Aceh yang sebelumnya kecil dan pernah dibawah kekuasaan
kerajaan Pedir yang kemudian membesar dan diberi penambahan khusus “Darussalam”
dan menjadi kerajaan Aceh Darussalam pada Abad ke 16 tepatnya tahun 1512.
Artinya fase masa kejayaannya kerajaannya yang merupakan kerajaanterbesar di
Aceh karena telah menundukkan dan menyatukan seluruh kerajaan Islam di Aceh.
Kerajaan Aceh Darussalam kemudian diperbaharui pembangunan Istananya yang
peletakan batu pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah dan Sultan Pertamadari
kerajaan Aceh Darussalam, setelah sebelumnya kerajaan kecil Aceh yang dipimpin
oleh Sultan Johan Syah.
Tapi kemudian dari fakta sejarah diatas, perlu kembali untuk diperdalam
sejarah awal pendiri Kesultanan Kerajaan Aceh Darussalam dengan mendalam,
sehinga dapat menjadi sejarah yang valid dan sejarah yang sebenarnya.
Kerajaan Aceh Darussalam hanya bertahan sekitar 5 Abad lebih yaitu sejak
Ali Mughayat Syah 1512 hingga 1939 M, yang berakhir dan sirna pada masa
kesultanan Alaiddin Muhammad Daud Syah pada tahun 1939 M. Kerajan Aceh
Darussalam terdiri dari 25 Sultan dan 5 Sultanah yang memimpin kerajaan Aceh
Darussalam.
6.
Lamuri
Sama halnya dengan
kerajaan Pedir, Aceh, dan juga kerajaan lainnya, Kerajaan Lamuri juga
sebelumnya bukan agama Islam. Islam baru hadir menginjakkan di kerajaan yang
terletak diantara wilayah kerajaan Daya
dan Aceh ini pada abad ke-14 H. Iskandar Muda memperkirakan, kerajaan Lamuri
berdiri pada abad ke-9 dengan Krueng Raya sebagai Ibu kotanya.
Kerajaan ini sempat
diserang dan kemudian ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya sekitar tahun 943
hingga sampai tahum 1225. Tidak disebutkan tahu Hijriah atau masehi, namun pada
tahun berikutnya lebih tepat pada tahun 1365 Lamuri diserang oleh Majapahit.
Dimasa ini Islam masih belum sampai ke kawasan ini.
Kendatipun Islam
menjejakkan dikerajaan ini adalah pada abad ke-14. Hal ini juga memiliki
pandangan yang berbeda dari beberapa sumber informasi seperti pendapat M Junus
Djamil mengatakan bahwa, keberadaan Islam disana sudah ada sejak pada abad
ke-12, hingga akhirnya pindah kerajaan pada abad ke-15.[15] Artinya Islam mulai berkembang dikawasan ini
sebelum kerajaan Aceh Darussalam hadir menguasai wilayah dan mengembangkan
sayap-sayapnya di wilayah Aceh secara menyeluruh.
Kesultanan pertama
Lamuri belum diketahui oleh penulis sendiri, namun dalam bukunya AMirul Hadi
ini disebutkan pada abad ke-15 nama kesultanan atau kerajaannya adalah Munawwar
Shah. Ketika dicermati, nama tersebut setelah memeluk Islam, karena diperkirakan
Islam juga masuk pada Abad ke-14. Sehingga nama tersebut juga tidak mungkin
diberikan tatkala kerajaan tersebut masih memeluk agama lain. Hal ini bisa
dibandingkan ketika Islam hadir, nama pemangku kekuasaan yang belum memeluk
Islam kemudian memeluk agama Islam diberi nama Syah atau lainnya, hal ini
pengaruh dari nama arab atau nama Islam yang disebarkan oleh utusan-utusan dari
para sahabat dari Arab.
D.
Hubungan Kerajaan Aceh Darussalam dengan Kerajaan Lainnya
1.
Pra Islam
Sebelum akhirnya Islam
berada diwilayah Sumatera atau dulu dikenal dengan Nusantara ini kerajaan
ajaran hindu merambah diwilayah ini. Bahkan seluruhnya
2.
Sesudah Islam
Islam adalah agama yang
damai di dunia, ajaran-ajaran yang disampaikan menjadi jalan sendiri bagi umat
muslim untuk menempuh kehidupan yang layak sesuai dengan apa yang
diperintahkan. Salah satu yang diajarkan didalamnya bagaimana antara manusia
satu dengan yang lainnya senantiasa damai dan indah dalam berlangsungnya
kekeluargaan secara harmoni demikian dimasa kerajaan setelah datangnya islam.
Kerajaan islam satu
dengan islam lainnya saling menghormati dan menjalin persaudaraan dengan baik
karena memang berada di bawah kerajaan Aceh Darusslam. Sebelum kerajaan ini
menjadi besar, dengan kerajaan lainnya sempat berperang lantaran karena
pengaruh asing yang mencoba menentang kerajaan Aceh Darussalam.
[1] Muhammad Said, Aceh Sepanjang
Abad, (Medan: Waspada Medan, 1981)hal. 52
[2] Kompas.com,
[3]ResmikanTuguTitikNol Islam
Nusantara, Presiden Jokowi Akan Menginap di Pesantren. Setkab.go.id, diambil
pada 24 Oktober 2018.
[4]SoalBarusTitikNol Islam
Nusantara, IniPenjelasanSejarawan, Hidayatullah.com, Rabu, 24 Oktober
2018.
[5]BarusBukanTitikNol Islam
Nusantara, Serambinews.com, Rabu, 24 Oktober 2018.
[6]. Sukiman,
Nilai Pembangunan Masyarakat Islam Dalam Masyarakat Gayo, Pascasarjana IAIN-SU,
Tesis, Tidak Diterbitkan, 2009, hal 91.
[7]
Jurnal Islamika, Ayang Utriza, hal. 275
[8] Amirul Hadi, ACEH, Sejarah, Budaya dan Tradisi (Jakarta: Pustaka Obor
Indonesia, 2010) hal. 15.
[9] R. Michael Feener, Patrick Daly
dan Anthony, Memetakan Masa Lalu Aceh, (Jakarta:
terjemahan Pustaka Larasan, 2011), judul asli Mapping the Acehnese Past, (Leiden :KITLV Press, 2011) hal. 4-5.
[10]. Sukiman,
Nilai Pembangunan Masyarakat Islam Dalam Masyarakat Gayo, Pascasarjana IAIN-SU,
Tesis, Tidak Diterbitkan, 2009, hal 91.
[12]Ridwan
Azward, dkk, Aceh Bumi Iskandar Muda, (Banda Aceh: Pemprov Nanggroe Aceh
Darussalam, 2008) hal, 7
[13]
Serambinews.com, diambil pada 30 Oktober 2018.
[14]Ridwan
Azward, dkk, Aceh Bumi Iskandar Muda,...hal. 31
[15] Amirul Hadi, ACEH, Sejarah, Budaya dan Tradisi (Jakarta:
Pustaka Obor Indonesia,2010) hal. 13.
Comments
Post a Comment