SARJANA MUDA DARI NEGERI DIATAS AWAN


Dalam lingkup pendidikan tingkat atas (peguruan tinggi), kita sering memusatkan pandangan bahwa ketika masuk ajaran baru, banyak mahasiswa berbondong-bondong mendaftarkan diri secara bersamaan. Mulai dari registrasi uang kuliah, mengisi biodata dan lain sebagainya.
Pada hakikatnya, di dunia perkuliahan ada kata-kata menarik yang patut kita sadari, “Masuk secara bersamaan, namun tamat dalam menyelesaikan studi belum tentu sama-sama pula”.
Kata-kata ini dapat dilihat disaat semester akhir. Dimana seseorang akan sibuk dengan aktifitasnya masing-masing jikalau ia mengejar target selesai dengan comlaude empat tahun.
Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-raniry Banda Aceh memiliki ribuan mahasiswa yang menuntut ilmu disana, dari berbagai pelosok daerah Aceh atau di luar Daerah Provinsi. serta etnis suku-suku yang lainnya dari negeri ini, gayo salah satunya.
Mahasiswa Gayo dimana-mana akan sangat terpandang dikalangan mahasiswa lain, dalam istilah, eksistensinya sangat tinggi popularitasnya di banding dengan mahasiswa yang berasal dari wilayah-wilayah lain.
Orang gayo memang sangat kuat akan adat dan budaya terutma dalam kesenian. Namun dibalik itu semua, ada hal yang menarik yang biasanya terjadi dikalangan mahasiswa sesama mahasiswa asal gayo. “murum mutamun, beloh sara loloten mewen sara tamunen, morom lagu rerum, musapat lagu lepat”.
Hal ini yang dilakukan oleh sembilan mahasiswa asal  takengon dan bener meriah, dikala menjejaki kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-raniry, masuk secara bersama, dan keluar secara bersamaan pula.
Dalam istilah gayo, ada yang disebut dengan perkumpulan yang sifatnya organisasi, kebersamaan yang tinggi, pintar dan berprestasi dan tidak lupa men olol-ololen (Gayo Red), diantara keempatnya menjadi keistimewaan sendiri bagi mahasiswa gayo khususnya bagi kesembilan sarjana muda itu.
Mereka-merekalah orang yang jarang sekali bisa ditemui di jaman sekarang ini, pasalnya mereka satu organisasi, dan menjalin kebersamaan hingga tamat. Besar kemungkinan diantara mereka akan ada nantinya yang menjalin rumah tangga dari pertemanan yang dilalui saat bersama-sama sebelumnya.
Menempuh pendidikan yang berbeda jurusan dan pemikiran memberikan suatu motivasi dan apresiasi besar dalam kehidupan mereka. Karena walau bagaimanapun, banyak mahasiswa yang sebelumnya bersama, namun ketika dikaji dalam menyelesaikan studinya, jarang yang bisa secara bersama untuk bisa menamatkan studinya.
Mereka menjadi catatan sejarah bergilir di kampus UIN Ar-raniry bagi orang gayo, terutama bagi paguyuban Persatuan Mahasiswa Takengon Bener Meriah (PERMATA) Ar-raniry Banda Aceh ini, sebab pada hakikatnya generasi-generasi paguyuban organisasi tersebut yang sebelumnya juga memberikan kesan menarik tentang perjalanan-perjalan hidup dimasa-masa perkuliahan mereka.
Mereka ialah, Fatwa, Fahrul Rizal, dan Hayatul Fadli mahasiswa cumlaude diatas tiga koma lima rata-rata. Dan mahasiswinya, Wardah laila, Mauri Rasma, Nur Aini, Rahmina, Sari Ramadhani Fitri, dan Ismaturrahmi  juga merupakan nilai indeks prestasi diatas tiga koma Delapan rata-rata.

Comments

Popular posts from this blog

Ada Kopi Ada Rezeki

SEJARAH JURNALISME INVESTIGASI

Lirik Lagu Gayo Unung-Unung - Ervan Ceh Kul